Lihat ke Halaman Asli

Mawan Sidarta S.P.

TERVERIFIKASI

Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Ough.. Biawak, Kau Diburu, Kau Disayang

Diperbarui: 27 Februari 2021   07:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Biawak (Jawa = Nyambik) dipamerkan untuk menyedot perhatian para pengunjung (dok. Mawan Sidarta)

Baru-baru ini tersiar kabar ada seekor ular piton ditemukan bersarang di dalam plavon rumah seorang warga. Ular seberat ratusan kilogram dan panjangnya mencapai 5 meter itu tak pelak menyebabkan plavon rumah ambrol. Tentu saja si pemilik rumah merasa panik dan ketakutan dengan munculnya ular berukuran besar secara tiba-tiba itu. Lalu dipanggillah petugas pemadam kebakaran (damkar) untuk menjinakkan sang ular.

Dalam waktu yang hampir bersamaan, sebagian warga di salah satu perumahan di wilayah Tangerang dikejutkan dengan munculnya beberapa ekor anakan ular kobra. Entah bagaimana awalnya, anakan ular yang amat berbisa itu tiba-tiba berada di salah satu kavling kosong yang ada di perumahan itu.

Seorang tetangga dekat rumah di kompleks perumahan kami juga pernah mengalami kejadian menakutkan. Atap dapur rumahnya di"satroni" (diganggu) seekor biawak (Jawa = nyambik). Tetangga kami curiga kok muncul suara-suara seperti benda (tajam) yang digores-goreskan ke seng plastik untuk pencahayaan dapur rumahnya. 

Suatu ketika ia melihat bayangan berkelebat mirip hewan. Setelah diperiksanya, ternyata hewan itu adalah seekor biawak yang mencoba masuk ke dalam dapur rumahnya.

Fenomena hewan (berbisa dan berbahaya) masuk ke dalam pemukiman warga bukan pertama kalinya terjadi bahkan peristiwa itu sudah biasa dan sering terjadi. 

Para ahli mensinyalir masuknya hewan ke dalam rumah (pemukiman) penduduk sebagai akibat terganggunya habitat hewan-hewan tadi oleh ulah tangan manusia itu sendiri. 

Sebab lain, kemungkinan hewan-hewan tadi mengalami peristiwa "hibernasi" yakni ketidakaktifan karena kondisi tertentu (cuaca) selama periode tertentu sehingga hewan tadi harus nekad masuk ke tempat yang sebenarnya bukan habitat aslinya. Dan pada kondisi yang lebih baik hewan-hewan tadi akhirnya keluar menampakkan diri.

Tentang biawak dan kegunaannya bagi manusia

Biawak dan hewan melata lainnya dipamerkan oleh komunitas pecinta reptil (dok. Mawan Sidarta)

Sebenarnya kalau dipikir-pikir, bila dibandingkan dengan binatang atau hewan yang amat berbisa (berbahaya) sekalipun, manusia ternyata masih lebih kejam (berbahaya). Manusia dengan akal dan pikirannya bisa mengeksploitasi hewan-hewan tadi.

Sebagai contohnya hewan bangsa reptil, seperti biawak. Hewan bernama ilmiah Varanus salvator itu jika berkeliaran di dalam pemukiman warga dianggap membahayakan. 

Selain sanggup menyerang (menggigit) bila terdesak, di dalam liur biawak juga terkandung sejumlah racun (bakteri patogen) yang berbahaya bagi manusia yang terkena gigitannya. Meski tidak seberbahaya komodo (Varanus komodoensis) dan buaya (Crocodylus porosus) namun biawak tetap jenis reptil yang harus diwaspadai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline