Pandemi Covid-19 yang masih merebak dan belum kunjung reda tak pelak meluluh-lantakkan segi-segi kehidupan manusia di muka bumi ini. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization = WHO) dan Pemerintah Indonesia sendiri sangat menganjurkan agar semua lapisan masyarakat menaati poin-poin protokol kesehatan yang sudah ditetapkan (3 M) yaitu : memakai masker bila beraktivitas keluar rumah, rajin mencuci tangan menggunakan sabun (bahan desinfektan lainnya) dengan air mengalir selama 20 detik serta menjaga jarak fisik (physical distancing) dan menghindari kerumunan.
Untuk perkara yang sederhana saja, seperti saling mengunjungi antar anggota keluarga juga terkendala akibat pandemi ini. Tidak seleluasa sebelum pandemi merebak. Kalau biasanya dengan mudah kami mudik lebaran atau bersilaturrahim ke rumah saudara kini menjadi pikir-pikir, apalagi untuk bepergian antar provinsi (jarak jauh) tentu saja pihak jasa transportasi memerlukan hasil tes kesehatan apakah itu berupa rapid test antigen atau PCR test.
Meski pandemi masih berlangsung, untung saja pada akhir September 2020 yang baru lalu, tepatnya 29 September 2020 menjadi September Ceria bagi kita bersama he..he..he.. (kayak cuplikan lagunya Vina Panduwinata aja), pasalnya pada hari itu kami dan keluarga besar berkesempatan mengunjungi kediaman keluarga adik yang ada di Malang, Jawa Timur. Kami juga menyempatkan diri nengok mertua adik yang sudah sembuh dari sakitnya.
Jauh-jauh hari sebelum hari H, kami sudah berkomunikasi via WA tentang rencana kunjungan kami itu. Adik menyambut dengan senang hati dan iapun menjanjikan bakal mengajak kami semua plesir ke objek wisata alam Coban Rais.
Tadinya saya pribadi mengusulkan supaya plesir dekat rumah adik aja selain murmer (murah meriah) lagian hari juga semakin siang. "Yok opo nek awak dhewe nang Candi Badut ae" (bagaimana kalau kita pergi ke Candi Badut saja) ucapku di antara anggota keluarga besar lainnya. Adik sambil mbanyol mengatakan "badute sampeyan ae mas" (badutnya sampeyan saja mas).
Lokasi Candi Badut sebenarnya dekat dengan rumah adik yang ada di Kecamatan Dau, Malang (Jatim). Bahkan tidak jauh dari tengah Kota Malang. Pikir saya, selain bisa ke Candi Badut, tak jauh dari lokasi candi itu juga terdapat beberapa objek wisata murmer nan menarik lainnya yang bisa kita kunjungi.
Tapi apa mau dikata, suara keluarga adik dan anggota keluarga besar lainnya lebih memilih untuk plesir ke lokasi wisata alam Coban Rais. Saya pribadi sebenarnya juga tidak menolak dengan ide mereka karena sayapun sangat menyukai wisata alam dengan alasan lebih menantang dan juga menarik.
Akhirnya berangkatlah kami semua menuju objek wisata alam Air Terjun Coban Rais yang ada di kawasan Oro-oro Ombo (kehutanan), Kecamatan Batu - Batu, Malang (Jawa Timur). Sebagai informasi pelengkap saja, coban atau cuban merupakan kata dalam Bahasa Jawa daerah Malang yang berarti air terjun. Atau kalau di wilayah Jawa Barat (Pasundan) biasanya menggunakan istilah "curug" untuk menyebut air terjun.
Daerah Malang memang tempatnya air terjun atau coban mengingat kota yang menjadi markas klub sepak bola Arema itu bertopografi perbukitan sampai pegunungan. Tak heran bila banyak kita temukan objek wisata alam air terjun di kota yang juga kondang dengan kuliner bakwannya itu.
Konon kabarnya nih, nama Coban Rais diadobsi dari nama warga desa Oro-oro Ombo yang pertama kali menemukan air terjun sekaligus babat alas di kawasan coban itu. Objek wisata Air Terjun Coban Rais namanya semakin melambung tinggi juga karena peran spot ciamik Batu Flower Garden ini. Pertama kali masuk lokasi air terjun, terlihat beberapa penjaga yang bertugas mengurus parkir kendaraan bermotor, mengontrol suhu badan pengunjung dengan alat termo gun dan security.
Mungkin karena masih dalam suasana pandemi sehingga pengunjung waktu itu tidak terlalu berjubel meski pada hari Minggu sekalipun. Untuk kendaraan bermotor roda empat (mobil) dikenakan karcis parkir sebesar Rp. 10.000,-. Tak jauh dari lokasi parkir kendaraan terdapat pangkalan ojek. Sebenarnya para pengunjung tidak diwajibkan naik ojek. Namun berhubung anggota keluarga besar kami ada beberapa orang yang masih balita tentu menjadi masalah tersendiri bila berjalan kaki. Maka mau tak mau kita harus merogoh kocek untuk berojek ria dengan motor, perorang dikenakan Rp. 10.000,- menuju spot pertama berupa taman bunga (flower garden) beserta beraneka spot menarik lainnya.