Lihat ke Halaman Asli

Mawan Sidarta S.P.

TERVERIFIKASI

Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Mengagumi Senjata Berat "Warisan Perang 10 November 45" di Museum Brawijaya Malang

Diperbarui: 13 Februari 2021   03:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jalan bertrap menuju gedung Museum Brawijaya Malang (dok. Mawan Sidarta)

Tidak berlebihan bila ada yang mengatakan kalau Kota Malang dijuluki "kota wisata" karena memang di hampir setiap penjuru kota berhawa sejuk itu bisa kita temukan ratusan bahkan ribuan objek wisata yang bukan saja unik, menarik namun juga mampu mengedukasi (menjadi inspirasi dan sumber ilmu pengetahuan) para pengunjungnya.  

Dari sekian banyak objek wisata menarik di Malang, apakah itu objek wisata alam, kuliner, sejarah dan pusat perbelanjaan, maka museum tampaknya patut juga dikunjungi dan jangan terlewatkan begitu saja.  

Papan nama Museum Brawijaya Malang (dok. Mawan Sidarta)

Museum Brawijaya misalnya. Namanya saja keren banget. Kata "Brawijaya" diadobsi dari nama gelar raja-raja dari Kerajaan Majapahit, sebuah kerajaan besar di Trowulan, Mojokerto (Jatim) yang pernah berjaya pada sekitar abad ke-13. 

Mendengar namanya saja saya jadi penasaran, ingin tahu seperti apa beragam koleksi yang ada di dalamnya, selain itu koleksi apa saja yang menjadi pusat perhatian (favorit) para pengunjung.  

Telat datang tapi sempat berselfie di halaman depan Museum Brawijaya Malang (dok. Mawan Sidarta)

Sayangnya saya belum leluasa atau tidak secara lengkap mengamati berbagai koleksi yang dipamerkan atau bahkan boleh dikatakan "gagal"memasuki Museum Brawijaya ini mengingat saat saya sampai di lokasi, museum sudah tutup. Hari sudah terlalu sore, sedangkan museum yang beralamat di Jalan Ijen 25 A, Gading Kasri, Kecamatan Klojen - Malang (Jatim) itu buka sampai pukul setengah tiga sore (08.00 - 14. 30 WIB). 

Meski gagal tapi tidak gagal total alias "gatot" sebab saya masih bisa menyaksikan beberapa koleksi yang dipajang di halaman luar museum. Rasa kecewa saya sedikit terobati karena masih sempat melihat secara lebih dekat beberapa senjata perang berukuran besar yang tergolong mesin perang berat di kala itu. Lagipula lokasi museum ini berdekatan dengan kawasan berkelas (elit) "Ijen Boulevard" yang memesona sekaligus menyegarkan mata.  

dok. Mawan Sidarta

Asal tahu saja, Ijen Boulevard sebenarnya merupakan kawasan menarik di Kota Malang di mana bisa kita saksikan kompleks bangunan rumah bergaya arsitektur Belanda lengkap dengan taman bunga yang keren banget. 

Pohon-pohon palem berukuran besar dan tinggi (jenis palem raja kali ya) tertanam rapi di sepanjang jalan. Pada hari Minggu pagi, ketika berlangsung Car Free Day, kawasan Ijen Boulevard biasanya menjadi jujugan warga Malang dan sekitarnya untuk mengisi acara liburan mereka.  

Setelah puas menikmati pesona kawasan Ijen Boulevard, saya kembali ke halaman luar Museum Brawijaya. Ada beberapa senjata berat terlihat di sana. Kabarnya nih, senjata-senjata itu merupakan senjata yang berhasil dirampas oleh para pejuang kita dari pasukan Belanda dan Jepang saat meletus pertempuran 10 November 1945 dan serangkaian pertempuran sebelum maupun sesudahnya.  

Informasi yang rinci mengenai sejarah diperolehnya beberapa persenjataan berat bisa dibaca langsung lewat keterangan yang ditempel di badan senjata perang. Selain itu diperoleh dari penelusuran beberapa media online yang mengulas tentang beragam koleksi Museum Brawijaya Malang. 

Beberapa koleksi museum berupa persenjataan berat yang bisa pengunjung saksikan di Taman Agne Yastra Loka (taman halaman depan museum, agne = api, yastra = senjata, loka = tempat / taman) diantaranya : 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline