Lihat ke Halaman Asli

Mawan Sidarta S.P.

TERVERIFIKASI

Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Belajar Memaafkan karena Itu Memang Jauh Lebih Sulit

Diperbarui: 5 Juni 2019   03:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saling memaafkan (sebuah ilustrasi dok.pri)

Manusia merupakan mahluk ciptaan Allah yang paling sempurna, meski demikian manusia itu tempatnya salah, noda dan dosa. Tidak perlu nyata-nyata melakukan perbuatan bejat, keji atau perbuatan terkutuk lainnya hingga manusia tadi dikatakan berbuat dosa atau berdosa atas perbuatannya cukup berprasangka buruk atau berburuk sangka (su'uzon) saja maka seorang manusia (menurut Islam) sudah bisa dikatakan berdosa.  
 
Berprasangka buruk saja sudah berdosa apalagi nyata-nyata berbuat dosa seperti melukai hati atau membuat sakit hati seseorang baik dengan lisan (perkataan) maupun dengan tindakan fisik.  
 
Berprasangka buruk kepada seseorang ini merupakan dosa yang paling mudah kita lakukan sebab orang yang kita dholimi itu tidak mengetahui atau merasakan kalau sebenarnya kita telah berbuat dholim kepadanya dengan persangkaan atau hati (pikiran) kita.
 
Mendholimi orang dengan perkataan (lisan) seperti dengan mengolok-olok atau mencemooh merupakan perbuatan dosa yang juga dengan mudahnya kita lakukan mengingat lidah memang tak bertulang. Jadi ngomong atau berkata-kata bisa dengan mudahnya namun boleh jadi yang diomongkan itu malah menyakitkan atau melukai hati seseorang sehingga dikatakan itu perbuatan dosa.
 
Sejak semalam, kumandang takbir Allahuakbar...Allahuakbar...Allahuakbar walillailham membahana di berbagai pelosok tanah air tercinta ini. Di momen lebaran nan fitri ini merupakan kesempatan bagus, mari kita bersama-sama saling maaf- memaafkan. 

Untuk bisa saling maaf-memaafkan memang tidak perlu harus menunggu datangnya lebaran, setiap saat bisa kita lakukan. Setidaknya setelah sebulan menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadan akan menggodok mental kita untuk tawaduk (rendah hati) dan memiliki kepribadian yang berlapang dada.
 
Meminta maaf atas kesalahan atau perbuatan dosa yang pernah dilakukan itu lebih mudah ketimbang memberi maaf (memaafkan). Untuk bisa menjadi orang yang sanggup memaafkan kesalahan orang lain atau sering disebut sang pemaaf bukanlah perkara mudah. Itu benar-benar orang yang memiliki kekuatan hati dan kebesaran jiwa. Orang tersebut benar-benar ihlas bertakwa dan hidupnya memang mencari ridho Allah semata.
 
Dalam kenyataan, memaafkan orang lain yang telah menyakiti hati kita itu sangat sulit. Kalau sakit badan atau yang terluka salah satu anggota tubuh kita mungkin lebih mudah mengobatinya namun bila hati yang terluka karena perkataan atau perbuatan dholim orang lain maka boleh jadi sembuhnya sangat lama bahkan tak jarang sakit hati itu dibawa sampai ke liang lahat, na'udzubillah.
 
Semua dari kita di hadapan Allah adalah sama. Hamba yang tak pernah lolos dari nista dan dosa. Ayo..di hari raya nan fitri ini kita dengan ihlas saling memaafkan.  
 
Selamat merayakan Idul Fitri 1440 Hijriyah, taqabbalallahu minna wa minkum wa taqabbal ya kariim. Minal aidin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline