Lihat ke Halaman Asli

Mawan Sidarta S.P.

TERVERIFIKASI

Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Belajar dari Bumbu Dapur, Ramadan Jadi Semarak di Tengah Keberagaman

Diperbarui: 30 Mei 2019   15:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (bumbu dapur, dok.pri). Semakin lengkap bumbu maka rasanya semakin pas

Bhineka Tunggal Ika, Tan Hana Darma Mangrua, berbeda-beda tetapi tetap satu jua itulah Indonesia. Demikian semangat keberagaman yang sudah sejak lama terpelihara dan hidup di bumi Indonesia bahkan jauh-jauh sebelum deklarasi kemerdekaan oleh Sukarno-Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945 itu.

Keberagaman? yap..semangat inilah yang harus kita jaga agar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tetap utuh sampai kapanpun. Kata orang untuk itu NKRI harga mati, nggak bisa ditawar-tawar lagi.

Seperti kita ketahui bersama, Indonesia merupakan negara besar yang terdiri dari puluhan ribu pulau. Pulau-pulau itu berjajar membentang dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Pulau Rote. Bisa dibayangkan betapa adat istiadat, budaya, bahasa dan agama yang ada di Indonesia juga beragam.

Meski demikian kehidupan berbangsa dan bernegara relatif kondusif, aman dan terkendali. Memang pernah terjadi upaya yang mencoba mengoyak kewibawaan dan kedaulatan NKRI seperti aksi separatisme yang mencoba melepaskan diri dari keutuhan dan kedaulatan NKRI, aksi kerusuhan massa dan juga terorisme namun semua itu tetap tak menggoyahkan persatuan dan kesatuan ibu pertiwi yang kita cintai ini.

Setiap saat kondusivitas keberagaman di negara kita harus dijaga bersama, apalagi di bulan suci Ramadan yang penuh rahmat, berkah dan ampunan ini. 

Mayoritas penduduk Indonesia memeluk Agama Islam. Di antara umat Islam yang ada di negara kita itu berbeda suku, bahasa dan adat istiadat (budaya) nya. Selain berbeda suku, bahasa dan adat-istiadat (budaya), umat Islam yang ada di Indonesia sendiri juga terdapat beberapa wajah (aliran), ada Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Sunni, Syi'ah, Wetu Telu dan lainnya.

Umumnya sesama umat Islam tadi juga sedang menunaikan kewajiban menjalankan ibadah puasa. Namun suasana kondusif di antara mereka yang beragam itu selalu terjaga.

Di masa Rasulullah Muhammad SAW, kehidupan dan toleransi umat beragama juga terjaga dengan sangat baik. Rasulullah sangat menghormati pemeluk agama lain selagi mereka tidak mengganggu umat Islam. Islam merupakan agama yang santun dan rahmatan lil alamin. Tidak hanya menjadi rahmat bagi pemeluk Islam sendiri melainkan juga merahmati pemeluk agama lain (Kristen, Hindu, Budha, Konghucu) bahkan alam semesta beserta isinya ini.

Bulan suci Ramadan merupakan momen yang tepat untuk merajut kembali kain keberagaman yang mungkin saja terkoyak. Semangat keberagaman harus tetap kita jaga karena perbedaan atau keberagaman itu justru menjadikan Bangsa Indonesia tampil sebagai bangsa besar yang berdaulat, bermartabat dan disegani oleh bangsa-bangsa lain di muka bumi ini.

Semangat keberagaman yang terpelihara dengan sangat baik memungkinkan iklim ipoleksosbud dan hankam (ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan) menjadi kondusif pula.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline