Lihat ke Halaman Asli

Mawan Sidarta S.P.

TERVERIFIKASI

Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Begini Cara Petani Desa Memperbaiki "Tanggul Jebol"

Diperbarui: 6 Februari 2019   13:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memasang dinding bambu (dok.pri)

Musim hujan bagi sebagian orang tak terkecuali kaum petani di pedesaan merupakan berkah tersendiri. Sebagian petani yang lahannya merupakan sawah tadah hujan memang sangat tergantung dari turunnya hujan. Meski sebagian sawah tadah hujan sistem irigasinya sangat tergantung dari turunnya hujan namun intensitas curah hujan yang di luar batas normal justru mengkhawatirkan para petani penggarap sawah tadah hujan.

Kekhawatiran itu ternyata benar-benar terjadi. Peristiwa itu menimpa sebagian petani Desa Driyorejo, Gresik-Jawa Timur. Beberapa waktu lalu, akibat hujan deras yang terjadi beberapa hari belakangan ini menyebabkan tanggul pembatas antara sungai desa dengan sebagian petak sawah tadah hujan menjadi jebol, sehingga air sungai masuk menggenangi areal sawah yang sudah berisi tanaman padi yang mulai beranjak dewasa (fase masak susu).

Bisa dibayangkan betapa sedihnya para petani tadi. Tanaman padi menjadi rusak berat gegara tergenang air sungai yang meluap akibat derasnya hujan turun. Kejadiannya pada malam hari di mana umumnya warga desa terlelap tidur.

Pagi harinya mereka mengelus dada setelah melihat sawahnya digenangi air sungai yang menjebolkan tanggul pembatas.

Larut dalam suasana sedih yang berkepanjangan malah tak menyelesaikan masalah. Warga dan petani desa bangkit bahu-membahu memperbaiki tanggul yang jebol itu.

Cara sederhana memperbaiki tanggul jebol   

Tanggul sudah diperbaiki dengan tumpukan karung berisi tanah (dok.pri)

Sebagian warga dan petani desa tak kehabisan akal. Mereka mendatangkan beberapa dump truck tanah urukan. Mereka menyebut jenis tanah urukan tadi dengan istilah tanah paras (sejenis lempung) yang digali dari perbukitan di daerahnya. 

Tanah paras ditempatkan dalam karung-karung plastik (Jawa = glangsing). Mengingat tanggul yang jebol itu cukup lebar maka karung-karung berisi tanah yang dibutuhkan juga cukup banyak, ratusan bahkan ribuan karung.

Memasukkan tanah ke dalam karung (dok.pri)

Sebelum menempatkan ribuan karung berisi tanah di tanggul yang jebol, warga dan petani desa terlebih dulu memasang dinding dari anyaman bambu (Jawa = gedhe'k). Fungsi dinding bambu di sini agar tumpukan karung tanah terlihat rapi, tidak melorot dan memperkuat tanggul darurat tadi dari hempasan air sungai bila sewaktu-waktu sungai meluap akibat meningkatnya intensitas curah hujan.

Dinding dari anyaman bambu ditopang menggunakan potongan batang-batang bambu dan kayu pohon (palm raja) agar kokoh dan tidak mudah ambrol.

Cara membendung tanggul jebol dengan menggunakan tumpukan karung berisi tanah atau pasir ini merupakan cara sederhana yang bersifat sementara (darurat). Cara ini biasa digunakan orang termasuk masyarakat yang ada di luar negeri untuk menanggulangi hempasan air banjir.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline