Lihat ke Halaman Asli

Mawan Sidarta S.P.

TERVERIFIKASI

Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Menikmati Indahnya Kali dan "Rolak" Gunung Sari Surabaya

Diperbarui: 2 November 2018   17:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lomba dayung di Kali Gunung Sari Surabaya (dok.pri)

Bangunan bendung atau biasa disebut bendungan merupakan sarana infrastruktur yang sangat penting bagi sebuah wilayah. 

Kalau di Jakarta kita mengenal bendungan atau pintu air Manggarai, di Bogor-Jabar juga ada bendungan Katulampa maka Kota Surabaya sebagai ibu kota provinsi Jawa Timur juga punya dua bendungan yakni bendungan (pintu) air Jagir dan bendungan Gunung Sari.

Pintu air Jagir merupakan bangunan bendung cagar budaya warisan kolonial Belanda yang sudah ada sejak zaman Majapahit. 

Kabarnya sih pintu air Jagir dulunya merupakan tempat bala tentara Kaisar Kubhilaikan menambatkan kapal-kapal perangnya sebelum melakukan serangan balasan kepada pasukan Jayakatwang dari Kerajaan Kadiri.

Meski oleh pemkot Surabaya telah dicanangkan sebagai bangunan cagar budaya namun hingga kini pintu air Jagir Wonokromo Surabaya masih difungsikan sebagai pengendali banjir di kota bersimbul ikan hiu (sura) dan buaya (baya) itu.

Gaya arsitektur khas Belanda dengan konstruksi bangunan yang kokoh dan terawat dengan baik menjadikan pintu air jagir sedap dipandang mata terutama pada malam hari dengan diterangi lampu hias berwarna-warni. 

Sekitar bangunan bendung banyak ditumbuhi pohon-pohon rindang, sebagian warga yang melintas ke kawasan itu menjadikannya sebagai jujugan untuk sekedar berteduh melepas rasa lelah sambil menikmati gaya arsitektur bangunan bersejarah itu. 

Sebagian warga lagi sengaja mendatangi sungai sekitar bendungan untuk mengail ikan di sana.

Pintu air atau bendungan Gunung Sari baru (dok.pri)

Selain pintu air Jagir-Wonokromo, Surabaya juga memiliki bangunan bendung yang terletak di kawasan Gunung Sari. Sesuai nama lokasinya pintu air itu dinamakan pintu air Gunung Sari. 

Pintu air atau bendungan Gunung Sari sebenarnya juga sudah ada di masa kolonial Belanda di Surabaya. Belum diketahui secara pasti kapan mulai dibangunnya bendungan tadi, diperkirakan sebelum tahun 1930 an. 

Pintu air Gunung Sari baru Surabaya (dok.pri)

Pada masa pemerintahan mantan presiden Suharto, sekitar tahun 1981 an bendungan Gunung Sari yang baru mulai diresmikan pengoperasiannya. Masyarakat Surabaya biasa menyebut bendungan Gunung Sari baru itu sebagai rolak Gunung Sari. 

Sebagai sebuah pintu air, bendungan Gunung Sari baru selain sebagai pengendali banjir juga berfungsi sebagai penyedia air irigasi, air baku untuk PDAM dan industri di Surabaya serta sebagai bahan penggelontor Sungai Surabaya (Kali Mas dan Kali Jagir Wonokromo).

Arus lalu lintas dari arah Karah (dok.pri)

Bangunan bendung Gunung Sari baru memiliki panjang 77,20 meter dan tingginya 7,50 meter. Bendungan terbuat dari beton cor terdiri dari 5 pintu baja (roller gate). Empat (4) pintu berfungsi sebagai pengendali banjir. 

Masing-masing berukuran 4,75 X 14,30 meter persegi. Satu (1) pintu lainnya berukuran 5,75 X 8,00 meter persegi berfungsi sebagai pintu eksploitasi (1).

Arus lalu lintas di atas bendungan Gunung Sari baru dari arah kawasan Jalan Gunung Sari (dok.pri)

Pintu air Gunung Sari baru membendung air Sungai (kali) Gunung Sari dan sungai-sungai wilayah lainnya yang bermuara ke kali Gunung Sari. Kali Gunung Sari sendiri kondisinya relatif bersih. 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline