Beberapa bulan setelah proklamasi kemerdekaan yang dikumandangkan tanggal 17 Agustus 1945 oleh Sukarno-Hatta atas nama Bangsa Indonesia tak serta merta menjadikan situasi bangsa dan negara ini, khususnya wilayah Kota Surabaya terasa aman dan tenteram.
Malahan suhu politik dan keamanan dalam negeri semakin memanas saja. Meski Jepang harus menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah kedua kota pentingnya yakni Hiroshima dan Nagasaki dibom atom oleh Amerika namun yang namanya Belanda masih ingin Hindia Belanda (Indonesia) kembali ke pangkuannya.
Serentetan peristiwa penting paska proklamasi 17 Agustus 1945 yang tercatat dalam sejarah pertempuran di Surabaya antara lain, insiden perobekan bendera Belanda yang terjadi pada tanggal 19 September 1945. Peristiwa itu menewaskan seorang berkebangsaan Belanda bernama Ploegman dan beberapa pejuang Surabaya.
Tanggal 31 Oktober 1945 meletuslah insiden "Jembatan Merah" Surabaya, setelah sebelumnya gagal dicapai kesepakatan gencatan senjata antara tokoh-tokoh Surabaya dengan pihak Inggris dan sekutunya. Insiden itu akhirnya menewaskan Jendral Mallaby.
Konflik bersenjata hingga mengakibatkan tewasnya Jendral Mallaby semakin menyulut amarah pihak Inggris. Setelah gagal melalui perundingan-perundingan damai, pemerintah pusat di Jakarta menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada Gubernur Suryo selaku pemimpin tertinggi di Jawa Timur.
Pertempuran dahsyat yang tak seimbang akhirnya tak terelakkan. Pada tanggal 10 November 1945, Kota Surabaya dibombardir oleh armada Inggris dan sekutunya dari berbagai penjuru. Warga Surabaya yang terdiri dari Arek-arek Suroboyo dan berbagai elemen masyarakat di Surabaya berusaha melakukan perlawanan namun akhirnya harus mundur. Surabaya sempat menjadi kota mati sejak peristiwa itu.
Banyak sekali jatuh korban di pihak pejuang Surabaya. Sebagian kecil saja yang berhasil meloloskan diri dengan bertahan dan bergerilya dalam hutan.
Para pejuang yang tewas dalam pertempuran heroik 10 November 1945 terutama yang tak dikenal sebagian telah dimakamkan di kompleks Tugu Pahlawan, Jalan Pahlawan Surabaya. Sebagian lagi dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa, Jalan Kusuma Bangsa Surabaya.
Selain dimakamkan di kompleks Tugu Pahlawan Surabaya dan Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa, para pejuang Surabaya yang gugur saat revolusi heroik 10 November 1945 juga dikebumikan di Taman Makam Pahlawan 10 Nopember Jalan Mayjen Sungkono Surabaya.
Taman Makam Pahlawan Sepuluh November Surabaya
Ada sejumlah nama tokoh yang sering disebut-sebut dalam percaturan pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, seperti : HR. Muhammad, Loekitaningsih, Residen Sudirman, Bu Dar Mortir, Sutomo (Bung Tomo), Dul Arnowo, Roeslan Abdulgani, Haryo Kecik, M. Soejono, Isbandijah, D. Soerip, Abdoellah, Wahib Wahab, Achijat, Soetjipto Danoekoesoemo, Mas Isman, Iswahyudi dan masih banyak lagi.