Julukan kota pahlawan yang disandang Surabaya tampaknya tak berlebihan. Sebenarnya bukan hanya peristiwa heroik 10 November 1945 saja yang mencuatkan nama Surabaya hingga bangsa dan negara ini menganugerahkan gelar kota pahlawan untuk Surabaya.
Surabaya punya dua "Soetomo"
Ada satu nama untuk dua orang yang berbeda yang pernah tercatat dalam sejarah tanah air bahkan kiprahnya bukan hanya mengharumkan nama Kota Surabaya melainkan sampai tembus ke mancanegara yakni nama Soetomo (baca Sutomo).
Sutomo yang pertama berkiprah di dunia kedokteran, yang kemudian dikenal dengan nama Dr. Sutomo. Beliau sangat berjasa bagi negara karena menjadi pemrakarsa berdirinya organisasi kebangsaan bernama "Boedi Oetomo" (baca Budi Utomo) pada tanggal 20 Mei 1908.
Setiap tanggal itu Bangsa Indonesia memperingatinya sebagai hari kebangkitan nasional. Dr. Sutomo memiliki nama panggilan Pak Tom, pusara beliau berada di dalam kompleks Gedung Nasional Indonesia (GNI) Jalan Bubutan Surabaya.
Nama Sutomo yang kedua yang pernah berjuang dan berjasa di Surabaya dan Indonesia pada umumnya memiliki nama panggilan Bung Tomo.
Beliau pembakar semangat juang Arek-arek Suroboyo (pemuda-pemudi Surabaya, red) pada serangkaian pertempuran di Surabaya yang puncaknya terjadi pada 10 November 1945. Beliau dimakamkan di pemakaman umum Ngagel Surabaya.
Museum Dr. Soetomo Surabaya
Empat tahun silam, saya sekeluarga pernah menyempatkan diri berkunjung ke kompleks GNI. Kala itu Kompleks GNI sering terlewatkan ketika kami melintas di kawasan Jalan Bubutan menuju kawasan Pasar Turi untuk berbelanja berbagai kebutuhan di Pusat Grosir Surabaya (PGS).
Pikir saya sayang kalau jejak sejarah bangsa itu terlewatkan begitu saja. Lagi pula saya tak terkecuali putri semata wayang kami merasa penasaran dengan warisan Dr. Sutomo itu, ada apa di kompleks itu?
Kala itu Ibu Murtiningrum (Moertiningroem) sebagai penjaga makam Dr. Sutomo dengan santun dan ramah menerima kehadiran kami. Malahan beliau berkenan memandu saya berkeliling di area kompleks GNI dan menjelaskan secara detail sejarah paviliun yang terkena mortir Inggris dan sekutunya itu.