Lihat ke Halaman Asli

Mawan Sidarta S.P.

TERVERIFIKASI

Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Meski Lebaran Padat Acara, Jangan Lupakan Silaturrahim

Diperbarui: 14 Juni 2018   21:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memanfaatkan momen lebaran dengan menziarahi pusara keluarga (dok.pri)

Hari Raya Idul Fitri merupakan hari kemenangan, hari bahagia. Hari yang paling ditunggu-tunggu oleh umat Islam setelah menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadan sebulan penuh lamanya.

Malam terakhir Ramadan bergema takbir, mengagungkan Asma Allah. Gema takbir (takbiran) berkumandang di mana-mana menandakan berakhirnya ibadah puasa Ramadan dan keesokan harinya, tepat 1 Syawal umat Islam sudah tidak berpuasa lagi dan merayakan Idul Fitri.

Pagi harinya umat Islam disunahkan menunaikan ibadah Sholat Idul Fitri dua rokaat secara berjamaah.

Usai menunaikan ibadah Sholat Idul Fitri berjamaah di masjid, di lapangan atau bahkan di pinggir jalan raya, sebagian umat Islam nih biasanya melakukan tradisi saling memaafkan (bermaaf-maafan) meski mereka masih berada di tempat Sholat Id diadakan.

Sepulang dari Sholat Id, sampai di rumah, mereka masih melanjutkan tradisi bermaaf-maafan dengan para tetangga dekat rumah, anak, orang tua atau anggota keluarga lainnya.

Saling Memaafkan di Hari Raya Idul Fitri  

Saling memaafkan di Hari Raya Idul Fitri bukan saja merupakan tradisi yang telah terpelihara sekian lama namun juga suatu perbuatan yang sangat dianjurkan oleh Agama Islam. 

Saling memaafkan bisa dilakukan kapan saja, tidak perlu menunggu hari raya datang. Namun saling memaafkan yang berbarengan dengan momen lebaran memang maknanya terasa begitu dalam. 

Anak memohon maaf kepada kedua orang tua atau sebaliknya. Saling memaafkan antara adik dan kakak. Serta saling memaafkan di antara anggota keluarga atau sanak kerabat lainnya.

Prosesi saling bermaaf-maafan ini bagi sebagian masyarakat Jawa dinamakan dengan tradisi sungkeman.

Mengingat sebelumnya kaum muslimin dan muslimat telah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan sebulan penuh lamanya. Saling memaafkan menjadi salah satu penyempurnaan ibadah puasa yang sebulan penuh telah dijalankan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline