Lihat ke Halaman Asli

Mawan Sidarta S.P.

TERVERIFIKASI

Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Bekicot sebagai Pakan Alternatif Ikan Lele di Kolam Tadah Hujan

Diperbarui: 7 Mei 2018   23:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi

Beternak ikan lele meski kecil-kecilan atau skala rumahan bukanlah sebuah keisengan. Sebagai peternak, tentu kita tak mau ikan yang kita pelihara itu mati atau hasilnya kurang maksimal gara-gara kurang mendapatkan perhatian serius. Sehingga, masalah penyediaan air, pakan lele (alternatif), dan pengendalian penyakit harus tetap dijaga.

Anggap saja bibit ikan lele yang hendak kita tebar ke dalam kolam itu berkualitas lumayan (biasa / sedang). Meski sebenarnya di pasaran tersedia beraneka bibit lele mulai dari yang kurang bagus (afkiran) sampai bibit yang bersertifikat (bagus).

Bibit lele bisa diperoleh dengan membelinya di mal ikan hias atau penyedia bibit yang memiliki kolam penampungan. Bibit lele dari mal ikan biasanya sudah ditempatkan dalam kantongan plastik besar yang sudah diisi oksigen. 

Sayangnya, bibit lele yang ditempatkan dalam kantongan plastik itu rawan mati. Selain karena ketersediaan oksigen yang lama kelamaan semakin menipis, ruang gerak yang sempit menjadi penyebab kematian bibit. Kalau saya sih lebih memilih membeli bibit lele dari penyedia (penjual) yang memiliki petak-petak kolam penampungan bibit. Bibit lele tersedia dengan ukuran beragam. 

Di petak-petak kolam itu, bibit lele berkesempatan untuk tumbuh dan berkembang. Gerakannya lebih lincah dan gesit. Singkat kata, peternak lebih suka mendatangi petak-petak kolam ini karena bibit lele terlihat lebih sehat dan diharapkan angka kematiannya rendah.

Sebagai peternak skala rumahan, bagi saya, penyediaan air untuk kolam tentu tak bisa dianggap remeh. Menggunakan air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) pasti membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Apalagi di daerah saya tarif air PDAM perkubiknya selalu naik dari waktu ke waktu. Sementara kalau menggunakan air sumur mungkin lebih murah tapi harus punya sumur (bor) lengkap dengan pompa listriknya. 

Inilah kolam tadah hujan itu (dok.pri)

Untuk kolam semen mini yang berukuran 3,5 X 2 X 1 meter kubik itu saya mengandalkan cucuran air hujan.

Mengisi kolam dengan air hujan memang tidak membutuhkan biaya alias gratis. Tapi bangunan kolam harus didesain sedemikian rupa agar cucuran air hujan langsung masuk ke dalam kolam. Bangunan kolam dilengkapi dengan lubang kontrol agar ketinggian air dalam kolam tetap terjaga (air tidak meluap). 

Saya membuat 3 lubang kontrol yang ditempatkan pada dasar, tengah dan bagian atas (20 - 30 cm dari bibir kolam) dinding kolam agar pergantian air bisa dilakukan dengan mudah. Lubang kontrol dilengkapi dengan stop kran (ball valve) dan kawat ram (saringan) agar bibit lele tidak ikut terbawa arus air saat kran dibuka. Kolam yang mengandalkan air hujan tentu pasokan airnya hanya terbatas pada musim hujan saja. 

Sebelum menebarkan bibit lele ke dalam kolam berisi air hujan, terlebih dulu saya tebarkan garam brosok (kristal) sebagai obat ikan lele yang sekaligus membantu menstabilkan ph atau tingkat keasaman air kolam. Saya tak lupa menambahkan buah pace tua yang sudah diremas-remas, daun ketepeng tua (kering) dan enceng gondok ke dalam kolam. 

Buah pace (Morinda citrifolia) dan daun ketepeng berfungsi sebagai obat agar lele tahan terhadap serangan bakteri aeromonas. Selain itu juga membantu mengatasi kanibalisme sesama ikan lele.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline