Lihat ke Halaman Asli

Mawan Sidarta S.P.

TERVERIFIKASI

Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Penderita "Rasmussen Ensefalitis" Dapat Terus Aktif dan Berkreasi Berkat Kayu Putih Aromaterapi

Diperbarui: 26 Desember 2017   03:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beraktivitas layaknya remaja lainnya (dok.pri)

Masa Lalu Devi

Saya masih ingat betul ketika umur 3 tahun Devi mengalami panas demam cukup tinggi, mamanya sempat membawanya ke dokter langganan keluarga besar kami. Sang dokter yang kala itu sudah bergelar profesor akhirnya menyuntik Devi yang masih balita itu entah dengan obat apa dan berapa besar dosisnya kita semua tidak tahu. 

Beberapa puluh menit setelah penyuntikan, Devi tak sadarkan diri, kejang-kejang berat, dari mulutnya keluar busa, ia masih dalam gendongan mamanya, satu becak dengan istri saya yang menemani ke dokter sore itu dan becak masih berada di kawasan Pasar Kembang Surabaya, belum sampai ke kediaman kami di Banyu Urip Wetan Surabaya. 

Melihat gejala yang sangat tak wajar itu akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke tempat praktek Prof. S (mungkin sudah alm. kali ya) yang ada di kawasan Kedungsari, Surabaya.

Profesor S meletakkan keponakanku tersayang itu di atas bed khusus, badan mungil dan putih bersih itu masih kejang tak sadarkan diri, saya yang menyusul ke tempat praktek Profesor S. itu ikut larut dalam suasana sedih dan panik. 

Begitu iba dan trenyuh sekali melihat Devi yang punya nama lengkap Devi Rosemita Dayana itu kejet-kejet tak sadarkan diri. Profesor S meminta asistennya mengompres badan gadis malang yang lahir 6 September 1997 silam itu dengan bongkahan-bongkahan es batu. Bisa dibayangkan betapa dinginnya bongkahan es batu yang jumlahnya cukup banyak itu ketika menyentuh tubuh Devi yang mungil itu namun juga tak mampu meredam amukan kejangnya. 

Sambil bertanya ini-itu kepada mama Devi yang biasa saya sapa Ning Tatik (ning = mbak, red) tentang riwayat penyakit orang tua atau leluhur Devi, Profesor S menduga kalau Devi ada riwayat penyakit epilepsi.

Profesor S akhirnya memberikan rujukan ke Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUD Dr. Sutomo Surabaya. Devi masih kejang dan dalam keadaan tak sadarkan diri (koma), kami keluarga besar hanya bisa berdoa, memohonkan kesembuhan Devi kepada Allah SWT. Para dokter di IRD Dr. Sutomo bekerja keras mencari penyebab timbulnya kejang yang dialami Devi serta bagaimana menyembuhkannya. 

Bahkan pernah suatu ketika tim dokter IRD itu mencoba mencari tahu penyebab kejang Devi dengan menganalisis cairan otaknya (biopsi) namun kami semua menolaknya.

Lima (5) jam setelah mengalami kejang (Jawa = kejet-kejet), kondisi devi membaik, kejangnya menjadi reda. Bayangkan.. kejang beberapa menit saja sudah sedemikian sakitnya apalagi sampai 5 jam, duh betapa sakitnya Ya Allah. Devi sudah tidak kejang lagi, tapi masih koma dan harus menjalani perawatan intensif di ICU (Intensif Care Unit) RSUD Dr. Sutomo. Tak lama kemudian Devi sadar dengan kondisi tubuh yang masih lemah.

Setelah awal-awal kesembuhannya, Devi masih harus rajin kontrol dan menjalani terapi karena akibat kejangnya itu tubuh sebelah kanan Devi menjadi tidak normal, Devi mengalami kelumpuhan badan sebelah kanan. Kata para dokter yang menangani Devi, dengan rajin terapi badan sebelah kanannya akan cepat pulih nantinya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline