Dalam dunia perayaman kita mengenal banyak istilah (nama) ayam, ada ayam ras, ada ayam bukan ras (buras), ayam aduan dan ayam hias. Ayam ras atau disebut juga ayam negeri, ada juga yang menamakannya broiler (ayam ras pedaging) dan leghorn (ayam ras petelur). Jenis ayam ini banyak dibudidayakan orang dalam skala besar (peternak besar). Daging dan telurnya biasa kita konsumsi untuk makanan sehari-hari guna memenuhi asupan protein hewani tubuh kita. Jika dibudidayakan (diternakkan) maka ayam ras memerlukan perhatian serius yang menyangkut pakan, tempat dan teknik budidayanya.
Ayam aduan adalah ayam jantan (jago) yang sengaja dipersiapkan untuk bertarung dengan ayam jago lainnya. Biasanya yang dijadikan bibit ayam aduan berasal dari Ayam Bangkok, Ayam Vietnam atau keturunannya.
Ayam hias lain lagi, ayam jenis ini lebih menonjolkan segi keunikan fisik dan warna bulu (eksotisme) serta suara. Yang termasuk ke dalam jenis ayam ini antara lain : Ayam Seramah, Ayam Ketawa juga Ayam Pelung, Ayam Kate dan Ayam Bekisar.
Berbeda dengan ayam ras, ayam bukan ras lebih simpel dalam pengelolaannya. Tidak memerlukan teknik budidaya yang njlimet, relatif tahan terhadap serangan penyakit, pakan seadanya, bisa dari sisa-sisa dapur kita. Ayam bukan ras disebut juga ayam kampung. Ayam kampung identik dengan ayam yang berasal dari Pulau Jawa, masyarakat Jawa biasa menyebut dengan istilah Pitik Jowo.
Sebenarnya yang tergolong ke dalam ayam bukan ras tidak hanya yang berasal dari Jawa saja. Ayam dari daerah lain Indonesia atau bahkan luar negeri seperti : Ayam Kedu (Jawa Tengah), Ayam Lampung, Ayam Sumatera Barat, Ayam Tarakan, Ayam Pelung (Jawa Barat), Ayam Nunukan, Ayam Arab dan Ayam Bangkok serta Ayam Kalkun atau Ayam Belanda (Turkey) bisa digolongkan pula ke dalam ayam buras (bukan ras).
Saya tidak hendak berbicara tentang bagaimana cara beternak ayam aduan atau yang lain tapi sedikit bercerita bagaimana cara memelihara ayam buras (kampung) di sekitar rumah yang nota bene halamannya sempit.
Ayam kampung banyak dipilih orang untuk dipelihara (diternakkan) karena nilai gizi daging dan telurnya tidak kalah dengan ayam ras. Harga jual daging dan telur ayam kampung juga lebih mahal ketimbang ayam ras. Sebagian orang lebih menyukai daging ayam kampung karena tekstur dan rasanya yang keset, kenyal dan lebih gurih.
Bagi mereka yang tinggal di dalam kompleks perumahan sederhana dimana halamannya tidak begitu luas, tak perlu khawatir, meski kurang leluasa namun passion (hobi) beternak ayam itu tetap bisa dilakukan. Kandang kecil namun praktis dengan kapasitas satu atau dua pasang ayam kampung indukan bisa ditata rapi untuk ditempatkan di depan atau dalam halaman apabila kavling belum dibangun seluruhnya.
Kebersihan kandang harus diperhatikan, kotoran ayam jangan dibiarkan menumpuk sehingga menimbulkan bau kurang sedap, sayang kan kalau bau kotorannya tercium oleh tetangga kita. Kotoran ayam bisa dikumpulkan dalam komposter, yakni sebuah drum plastik yang sudah diatur aerasinya yang fungsinya untuk mendekomposisi kotoran ayam menjadi pupuk organik untuk tanaman.
Mengingat rumah-rumah tipe sederhana umumnya tak memiliki halaman yang luas maka sebaiknya ayam yang dipelihara jangan dibiarkan berkeliaran supaya tidak buang kotoran di sembarang tempat, wah..bisa kena marah tetangga nanti.
Meski tinggal di dalam kompleks perumahan sederhana, bisa saja seseorang memilih kavling pojok (sudut) sehingga ukuran tanahnya jauh lebih luas dan pastinya lebih leluasa untuk membuat kandang yang lebih besar. Rumah yang dibiarkan kosong oleh pemiliknya selama bertahun-tahun dan akhirnya rusak berat bisa saja dimanfaatkan sebagai tempat memelihara ayam namun harus terlebih dulu mendapat ijin dari pemilik rumah itu.