Lihat ke Halaman Asli

Mawan Sidarta S.P.

TERVERIFIKASI

Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Pak Mad, Sang "Maestro Dandang Jebol"

Diperbarui: 28 November 2017   18:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pak Achmad sedang mereparasi dandang (dok.pri)

Mungkin ada benarnya apa yang dikatakan orang kalau zaman now adalah zaman proaktif (sebut saja jemput bola ya). Dulu, bila seseorang membutuhkan barang atau jasa maka orang tadi akan berusaha mendatangi outlet (toko) atau tempat penyedia jasa.

Orang itu harus bersusah payah mengeluarkan tenaga dan merelakan waktunya untuk mendatangi tempat-tempat tadi. Roda zaman semakin berkembang dan kini segalanya berubah, penjual barang di toko atau penyedia jasa yang tadinya hanya pasif menunggu pembeli atau penikmat jasa, sekarang malah aktif mencari pembeli.

Toko atau penyedia jasa apa saja, kini semakin berjimbun bak cendawan yang tumbuh di musim hujan, mereka saling berkompetisi, bahkan secara online menawarkan berbagai produknya untuk mendapatkan sebanyak mungkin pembeli (pelanggan) serta berusaha memberikan pelayanan yang terbaik.

Bagaimana dengan usaha kecil di zaman now? Yap..usaha kecilpun harus proaktif (lebih aktif, red) sebab kalau tidak mengikuti roda zaman maka ia akan tergerus dan akhirnya kalah kompetisi (bersaing, red)

Dengan semakin meningkatnya pendapatan (daya beli) seseorang boleh jadi ia dengan mudah membeli semua barang kebutuhannya, tak terkecuali perkakas dapur. Misalnya, panci atau dandang yang sudah jebol langsung dibuang dan tinggal beli lagi yang baru bila perlu beli secara online.

Bagi orang lain yang mungkin saja ingin berhemat atau memang daya belinya rendah (kondisi ekonomi pas-pasan), dandang jebol apa langsung dibuang? jawabnya jangan dulu bro.

Ngerol plat aluminium dandang (dok.pri)

Di tangan kreatif Pak Achmad, perkakas dapur seperti panci, wajan, dandang dan alat dapur lainnya yang terbuat dari bahan aluminium yang kebetulan rusak dan memerlukan perbaikan bisa disulap menjadi perkakas baru lagi.

Pak Mad, demikian ia biasa disapa, adalah seorang tukang reparasi perkakas dapur keliling. Entah sudah berapa ratus atau bahkan ribu perkakas dapur yang telah ia reparasi, yang pasti lelaki kelahiran 49 tahun silam itu sudah menapaki debut karirnya selama lebih dari 10 tahun. Sebagai tukang reparasi keliling, lelaki paruh baya asal Desa Kedamean, Gresik -- Jawa Timur itu berusaha proaktif mengikuti gaya berbisnis zaman now. Ia berusaha memberikan layanan dan kualitas hasil kerja yang memuaskan setiap pelanggannya. Setelah proses reparasi selesai tak lupa ia memberikan nomer handphonenya. Katanya, bila ada komplain atau pelanggan ingin menggunakan kembali jasanya, bisa menghubunginya lagi lewat nomer handphone tadi.

Wah.. hebat benar bapak yang satu ini. Meski hanya seorang tukang reparasi kecil namun ia juga menyediakan layanan after sales (purna jual, red) benar-benar mirip bisnis zaman now. Dengan sepeda motor bebek kesayangannya, lelaki beranak dua itu rajin berkeliling dari desa ke desa menjajakan jasanya.

Telaten mereparasi (dok.pri)

Dalam sehari, Pak Mad bisa mengantongi penghasilan antara 60 hingga 100 ribu rupiah. "Gak mesti dik, kadang sepi kadangyo rame garapane (tidak mesti dik, kadang sepi kadang juga ramai pekerjaannya, red)" ungkapnya sambil serius memperbaiki dandang yang rusak.

Biaya reparasi alat dapur ala Pak Achmad ini terbilang murah namun ada saja perkakas yang membutuhkan ongkos lebih mahal, tergantung tingkat kerusakannya. Untuk biaya reparasi ringan biasanya ia kenakan ongkos 10 ribu rupiah sedangkan kerusakan berat biaya reparasinya bisa lebih dari 100 ribu rupiah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline