Seperti informasi yang diberikan seorang petugas di kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispenduk) Kota Gresik bahwa Kartu Keluarga (KK) saya yang baru sudah bisa diambil pada pukul 2 siang, sementara jam yang menempel di salah satu dinding ruangan kantor, baru menunjukkan pukul 9 pagi.
Wah.. saya masih harus menunggu lima jam lagi, cukup lama. Hendak pulang ke rumah juga percuma mengingat jarak yang lumayan jauh. Daripada wira-wiri menyita waktu, tenaga dan pastinya tidak efektif itu akhirnya saya memutuskan untuk menunggu saja hingga KK selesai jam 2 siang nanti. Untuk mengisi waktu tunggu yang tidak sebentar itu, saya memilih berjalan-jalan keliling alun-alun Kota Gresik yang berada di seberang kantor Dispenduk.
Hari belum terlalu siang, lagi pula keadaan cuaca di sekitar alun-alun juga sedang kurang bersahabat. Pepohonan berumur tua nan rindang menciptakan suasana teduh serta udara yang menyegarkan. Berjalan-jalan mengelilingi alun-alun jadinya nggak terasa melelahkan. Ada beberapa bangunan penting di sekeliling Alun-alun Gresik, diantaranya gedung kantor DPRD, Dispenduk, Pendopo Agung Kabupaten Gresik dan Masjid Jamik Gresik.
Di sebelah timur alun-alun terdapat warung-warung tenda yang menyediakan beraneka makanan khas Jawa Timur. Melihat sedemikian rapinya penataan tenda-tenda yang ada di sana sepertinya pihak pemda Gresik (pengelola alun-alun) sengaja menjadikan area ini sebagai sentra kuliner. Beberapa lapak dorong penjual makanan (bakso, mie ayam) terlihat berada di bagian dalam alun-alun. Hampir di sekeliling alun-alun kita temukan lapak pedagang makanan dan minuman.
Masjid Jamik sendiri berada di sebelah barat alun-alun, merupakan salah satu masjid tua yang ada di Kota Gresik. Sebenarnya masih ada beberapa masjid tua warisan para wali selain Masjid Jamik yakni Masjid Sunan Giri yang berlokasi di kompleks pusara Sunan Giri dan Pesantren Sunan Giri atau Giri Kedaton, letaknya di Kebomas – Gresik, Masjid Pasucinan warisan Maulana Malik Ibrahim di Desa Leran, Manyar - Gresik.
Menurut catatan sejarah, Masjid Jamik sudah ada sekitar abad ke-14, di masa penyebaran Islam oleh Maulana Malik Ibrahim atau yang kondang dengan sebutan Sunan Gresik. Masjid Jamik terlihat begitu megah sekaligus unik karena di sebelah kanan dan kirinya berdiri dua buah menara yang menjulang tinggi ke angkasa.
Kalau di Surabaya, Masjid Jamik Gresik ini kurang lebih seperti Masjid Rahmat di kawasan Kembang Kuning atau Masjid Agung Sunan Ampel yang ada di kawasan Jalan KH. Mas Mansur. Masjid-masjid tersebut merupakan masjid kuno sekaligus bersejarah warisan para sunan. Sampai sekarang pamor nya masih terasa dan banyak dikunjungi umat Islam dari berbagai penjuru tanah air bahkan juga dari mancanegara. Fisik bangunannya juga terawat dengan sangat baik.
Kekunoan Masjid Jamik Gresik masih nampak jelas ketika berada di dalamnya. Pilar-pilar bangunan masjid terlihat begitu kokoh, dicat berwarna putih tulang atau krem. Susunan pilar dan disain interior yang seperti itu justru semakin memperlihatkan kekunoannya. Beberapa masjid tua yang menggunakan susunan pilar seperti Masjid Jamik Gresik antara lain Masjid Ampel, Masjid Jamik Peneleh Surabaya, Masjid Rahmat Kembang Kuning Surabaya, Masjid Al-Abror Kauman Sidoarjo dan mungkin masih banyak lagi.
Dinding ruang utama Masjid Jamik Gresik dilapisi marmer. Bagian lantai dari beberapa shaf terdepan berlapiskan karpet (semacam permadani) yang tebal dan lembut di kaki. Bagian depan masjid sepertinya merupakan bangunan baru. Ada dua atau tiga lantai di gedung baru masjid ini dengan ditopang pilar-pilar yang berukuran besar dan kokoh.
Sebelum memasuki ruangan utama masjid, para jama’ah harus terlebih dulu melewati trap-trap tangga, ada dinding pembatas berlapiskan keramik marmer lengkap dengan jendela dan pintu berpolitur warna coklat tua sehingga terkesan kuno dan antik. Setelah itu berjalan melewati tiga trap lagi agar sampai ke ruangan utama masjid yang menjadi kebanggaan warga Gresik itu. Mengingat Masjid Jamik Gresik yang masih merupakan warisan Maulana Malik Ibrahim sehingga sering menjadi jujugan (tujuan, red) para penziarah pusara wali saat mereka mengunjungi Kota Gresik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H