Lihat ke Halaman Asli

Mawan Sidarta S.P.

TERVERIFIKASI

Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Berjualan Akar Wangi Sambil Berkelana

Diperbarui: 14 Agustus 2016   08:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Akar wangi dibentuk menyerupai hewan gajah, singa (dok.pri)"][/caption]

Adalah Sugiman (32 tahun) pria dengan satu anak yang asli Gunung Kidul, Jawa Tengah itu sehari-harinya menggantungkan hidup dengan memikul lapak, berjualan kerajinan dari bambu, akar wangi dan batok (tempurung) kelapa. Giman begitu ia biasa disapa, tidak berjualan sendirian, bersama dua orang temannya mereka biasa menjajakan dagangannya dari desa ke desa, keluar masuk kota sampai ke berbagai pelosok daerah di Pulau Jawa dan Kalimantan Selatan. Minggu siang kemarin (24/04/2016) kami menjumpainya di kawasan Driyorejo, Gresik – Jawa Timur, saat mereka bertiga menggelar lapak dagangannya di sebuah emperan toko yang siang itu kebetulan sedang tutup. Lokasinya berada tidak jauh dari tempat tinggal kami.

Aku wis bioso dagang barang kerajinan kuwi, mlebu-methu deso lan kutho sak Indonesia (saya sudah biasa menjajakan kerajinan seperti itu, keluar-masuk desa dan kota se-Indonesia, red)” ujar Giman penuh semangat.

Bila diperhatikan barang kerajinan yang ditawarkan Giman itu boleh dibilang unik. Ada kerajinan dari akar wangi yang dibentuk menyerupai berbagai hewan seperti kuda, jerapah, singa juga gajah. Di lapaknya juga dipajang mainan dari bambu seperti gasing, seruling dan gantungan kunci dari tempurung kelapa. Untuk gantungan kunci terlihat lebih spesial karena ditambahkan nama Kota Jogya (Yogyakarta) sebagai ikonnya.

Gantungan kunci dibandrol dengan harga 10 ribu perbijinya. Sementara akar wangi menyerupai berbagai bentuk hewan ia tawarkan mulai harga 30 sampai 75 ribu rupiah. Seruling dan gasing ia bandrol dengan harga 15 ribu rupiah. Berhari-hari bahkan berbulan-bulan berjualan sambil berkelana rupanya sudah menjadi jalan hidup Giman dan dua orang temannya itu. Soal tidur tidak terlalu mereka risaukan karena sudah terbiasa tidur di sembarang tempat, kadang di emperan toko, halaman masjid, balai desa bahkan tak jarang mereka menginap gratis di rumah orang. Ia bahkan tak pernah merinci berapa hasil dagangannya dan berapa hari atau bulan sekali harus kembali ke kampung halamannya, Gunung Kidul. Tidur di mana saja dan kapan harus pulang kembali ke daerah mereka lakukan sesuka hati.

Nek kepingin muleh yo muleh mas, turu nang endi bae sak kepenake ati asal ora ngganggu liyan (kalau ingin pulang ya pulang mas, tidur di mana saja terserah seenaknya asal tidak mengganggu orang lain, red)” ungkap Giman dengan wajah memelas.

Awalnya hanya iseng, sekedar bertanya tentang berapa harga kerajinan akar wangi yang dulu oleh almarhum orang tua kami juga sering dijadikan bahan pengharum dalam lemari pakaian. Lama kelamaan tertarik juga ingin membelinya, kami tertarik dengan yang berbentuk kuda, kebetulan kami sudah lama tak menyimpan akar wangi itu. Menurut Giman, bau harum akar wangi bisa tahan cukup lama dan alami, tak kalah dengan pengharum sintetis seperti minyak wangi (parfum) atau kapur barus (naftalen). Dengan dibentuk menyerupai hewan jelas menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka yang melihatnya.

Akar wangi kuwi keno kanggo pengharum alami, disimpen nang jerone lemari pakean (akar wangi bisa untuk pengharum alami yang disimpan dalam lemari pakaian, red)” lanjut Giman.

Minggu siang itu saya mendapatkan sesuatu yang cukup berharga. Pertama, kerajinan dari bahan akar wangi yang mungkin keberadaannya sudah semakin jarang kita temukan, selain itu berbagai macam kerajinan yang merupakan potensi alam Indonesia seperti gasing, seruling juga gantungan kunci. Kedua, inspirasi berupa semangat juang Giman. Betapa tidak, ia sanggup menjajakan berbagai kerajinan khas daerah Indonesia dengan berkelana ke daerah-daerah selama berhari-hari bahkan berbulan-bulan dengan hanya makan seadanya dan tidur tanpa kasur di mana saja yang mereka suka asal tetap tidak mengganggu orang lain dan ketertiban umum.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline