Lihat ke Halaman Asli

Mawan Sidarta S.P.

TERVERIFIKASI

Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Jelajahi Bromo dengan Motor Matic

Diperbarui: 14 Agustus 2016   08:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah sekian lama absen dari dunia pendakian, Sabtu 02/04/2016 saya mencoba kembali mengobati rasa kangen akan gunung itu dengan menjelajah kawasan Gunung Bromo. Petualangan kali ini terbilang spesial karena saya yang biasa bersolo traveling itu kini berkolaborasi dengan sekelompok anak muda yang tergabung dalam PHP Adventure Gresik. Ada 17 orang termasuk saya dalam perjalanan itu. Kami menuju Bromo berboncengan dengan menggunakan sepeda motor yang rata-rata berjenis matic.

Beberapa hari sebelum keberangkatan, saya mengecek kembali kondisi sepeda motor matic yang akan saya gunakan menjelajah Gunung Bromo, saya harus memastikan apakah keadaan motor benar-benar prima. Semula saya berencana mengganti ban luar roda belakang dengan ban luar milik sepeda motor trail yang seukuran dengan roda belakang (nomer 14). Ban sepeda motor trail atau kalangan teknisi menyebutnya “ban tahu” karena “batikan” (tekstur luar) bermotif kotak-kotak seperti tahu memang sangat cocok untuk medan berat. Dengan bentuk seperti itu diharapkan bisa mencengkeram jalanan di kawasan bromo yang terjal, berbukit dan penuh dengan pasir itu. Sayangnya ban luar trail yang saya inginkan sedang tidak tersedia di bengkel sekaligus toko spare part sepeda motor yang saya datangi itu. Akhirnya sayapun memutuskan untuk tetap mengganti ban belakang vario dengan ban sesuai bentuk dan merek aslinya.

Tepat pukul 23.00 WIB kami berangkat dari Surabaya menuju lokasi Gunung Bromo. Ada banyak pintu masuk menuju kawasan Gunung Bromo, untuk perjalanan kali ini saya dan rekan PHP Adventure memilih melewati Desa Nongkojajar, Pasuruan. Jalan yang dilalui memang sudah beraspal mulus dan hanya sebagian kecil saja yang mengalami kerusakan namun tanjakan dan turunan harus dilalui dengan tetap waspada. Beberapa desa yang kami lewati untuk bisa sampai ke pos informasi diantaranya Desa Mororejo, Podokoyo dan terakhir sampailah di Desa Wonokitri.

Saya sempat khawatir kalau-kalau motor matic yang saya gunakan berboncengan dengan keponakan yang tergabung dalam PHP Adventure itu menjadi nggak kuat gegara medan yang cukup berat. Malam yang pekat, udara dingin, tanjakan, turunan serta tikungan tajam (zig zag) memang harus dilalui dan semua itu bisa kami atasi.

Dari pos informasi (loket tiket masuk) di Desa Wonokitri hingga ke view point di puncak Penanjakan (2770 m dpl) masih butuh jarak tempuh 9 sampai 10 kilometer lagi. Kali ini perjuangan tim PHP Adventure benar-benar diuji. Seorang petugas di kantor penjualan tiket mengingatkan agar kami selalu berhati-hati karena jalanan licin selain itu banyak tikungan tajam, turunan curam dan tanjakan. Anggota yang menggunakan motor bukan matic disarankan untuk memasang gigi transmisi 1 sementara kami yang menggunakan motor jenis matic harus tetap waspada dengan rem depan dan belakang.

Malam Minggu itu kawasan Penanjakan benar-benar ramai oleh wisatawan. Kendaraan jeep 4WD berjajar rapi di kiri-kanan jalan menuju view point. Jalanan yang penuh sesak dengan kendaraan mengharuskan kami untuk lebih berhati-hati agar tidak berbenturan dengan jeep-jeep yang diparkir itu.

Kendaraan kami tetap dalam kondisi prima hingga sampai di parkiran sekitar view point. Hanya ada sedikit masalah dengan kampas rem sehingga menimbulkan bau khas (sebut saja “sangit”) seperti sesuatu yang hangus akibat terbakar. Teman-teman anggota tim PHP Adventure menganggap hal itu sudah biasa. Mereka yang menggunakan motor matic sering mengalami hal demikian saat melewati tanjakan dan turunan yang sangat tajam.

[caption caption="Menikmati pesona Gunung Bromo, Widodaren, Batok dan Semeru (dok.pri)"][/caption]

Detik-detik yang dinantikan para penikmat Bromo akhirnya tiba, sekitar pukul 05.00 pagi WIB (03/04/2016) matahari mulai menampakkan sinarnya. Para wisatawan termasuk tim kami tak ingin melewatkan momen indah itu. Setelah jeprat-jepret sudut-sudut cantik Bromo dari Penanjakan, pada sekitar pukul 07.00 pagi WIB kami memutuskan untuk turun menuju lautan pasir (Jawa = Segoro Wedi) dan tentunya ingin melihat lebih dekat kawah Gunung Bromo yang masih aktif itu.

Dari Penanjakan menuju Simpang Dingklik berjarak kira-kira 4 kilometer kemudian masih harus turun lagi menuju lautan pasir dengan jarak tempuh 6 kilometer. Kali ini motor matic yang kami tunggangi benar-benar diuji kembali. Turunan yang sangat curam mengharuskan kami selalu waspada dengan rem depan dan belakang.

Ada kejadian kecil saat tim kami tiba di lautan pasir, rem roda depan kendaraan matic saya benar-benar tidak berfungsi. Saya sempat panik dan khawatir kalau-kalau rem itu menjadi jebol gegara tanjakan dan turunan tajam tadi. Kabarnya banyak pendaki Bromo yang menggunakan motor matic sering mengalami kejadian seperti itu. Untung saja saya membawa cukup air, sebagian saya guyurkan ke bagian cakram rem roda depan sehingga menjadi dingin dan kampas remnya tidak lengket lagi. Secara perlahan-lahan rem roda depan kembali normal setelah diguyur air.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline