Lihat ke Halaman Asli

Mawan Sidarta S.P.

TERVERIFIKASI

Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Hidup Nyaman di Base Camp

Diperbarui: 14 Agustus 2016   08:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Beribadah, bersantai sejenak dan berdiskusi di mushollah yang berada di base camp"][/caption]

Saat bertugas di Base Camp Seibabi saya dan rekan tinggal dalam sebuah barak sederhana. Untuk penerangan dan komunikasi dengan radio side single band (SSB) kami hanya mengandalkan energi listrik dari tenaga generator (genset). Pukul 8 malam penerangan sudah berakhir dan suasana gelap gulita mulai kami rasakan. Beberapa tahun hidup di pedalaman Kalimantan Tengah terasa begitu mengesankan sekaligus menyakitkan, betapa tidak, beberapa jam saja kami hanya menikmati penerangan lampu di malam hari itupun mengandalkan tenaga mesin genset yang tentu saja menimbulkan suara gaduh.

Kini segalanya telah berubah. Daerah-daerah di berbagai pelosok tanah air hampir secara keseluruhan sudah tersentuh oleh program listrik negara. PLN telah mengembangkan jaringan listrik untuk kawasan di pedalaman. Kalau dulu penerangan atau kebutuhan lain untuk base camp di daerah pedalaman hanya mengandalkan mesin genset yang berisik itu namun kini sudah menggunakan jaringan listrik PLN.

Berkomunikasi dengan radio SSB mungkin sudah bukan jamannya lagi, teknologi internet begitu menggejala belakangan ini. Orang di pedalaman bisa berkomunikasi dengan mudah dan leluasa menggunakan surat elektronik (E-mail). Base camp dirancang sedemikian rupa hingga tampak berbeda sama sekali dengan keadaan seperti saat saya tinggal di barak sederhana dulu.

Base camp dulu terbuat dari kayu dan papan namun kini lebih keren lagi. Kontainer (peti kemas) yang biasanya digunakan untuk memuat barang-barang dalam jumlah besar itu kini bisa dimodifikasi sedemikian rupa hingga menjadi kamar-kamar cantik nan menarik yang ditempatkan dalam sebuah base camp dan bisa dimobilisasi (dipindahkan) sesuai kebutuhan.

Berkat meluasnya jaringan listrik PLN kini tinggal di base camp terasa nyaman seperti kalau tinggal di rumah sendiri saja. Ruangan dalam base camp bisa saja dilengkapi Air Conditioned (AC), ada TV, kulkas dan tentunya laptop lengkap dengan saluran internet sebagai alat bekerja dan berkomunikasi dengan kantor pusat di Jakarta atau kota-kota besar lainnya.

Sumber tenaga listrik PLN telah merubah segalanya. Alat-alat bekerja di base camp yang menggunakan motor listrik kini dengan mudahnya bisa dioperasikan tanpa harus menggunakan mesin genset lagi. Kalau sebelumnya pengelasan (welding) dilakukan dengan menggunakan asetilena dan karbid (calcium carbida) maka kini proses pengelasan juga dengan mudahnya dilakukan menggunakan trafo (transformator) bersumber tenaga listrik PLN.

Sebelumnya, sistem pembayaran tagihan listrik PLN dilakukan setelah pelanggan memakai layanan listrik selama sebulan atau dikenal dengan istilah paska bayar (post paid) namun kini sistem pembayarannya lebih praktis lagi. Pelanggan kini terlebih dulu membeli pulsa listrik (token), setelah diperoleh nomer token sebanyak 20 digit lalu nomer tersebut dimasukkan ke dalam alat meter khusus untuk listrik pra bayar (pre paid).

Dengan sistem pra bayar atau yang kini disebut listrik pintar itu, pelanggan akan dengan mudah menggunakan sumber tenaga listrik PLN sesuai besarnya dana (kemampuan finansial) yang ia miliki. Para pelanggan itu bisa mengatur konsumsi listrik setiap saat (bukan setiap bulan) berdasarkan token pulsa listrik yang mereka beli. Tersedia pulsa listrik mulai pecahan 20 ribu, 50 ribu, 100 ribu, 250 ribu, 500 ribu dan 1 juta.

Hidup, bekerja dan beribadah di base camp (daerah pedalaman) ternyata tak kalah enaknya bila dibandingkan dengan hidup dan bekerja di tengah-tengah masyarakat luas. Berkat layanan listrik PLN para pekerja di pedalaman bisa menikmati hidup dan bekerja secara wajar bahkan boleh jadi mereka merasa lebih nyaman bila dibandingkan dengan kalau hidup dan bekerja di wilayah perkotaan itu.

 

 

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline