Lihat ke Halaman Asli

Mawan Sidarta S.P.

TERVERIFIKASI

Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Penjual Telur Sepanjang Masa

Diperbarui: 24 Agustus 2015   21:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin bukan hal yang aneh atau baru lagi bila ada seorang perempuan berjualan telur ayam kampung (Jawa = endog) yang dijajakan sambil berjalan kaki dari desa ke desa. Anda atau saya melihat hal itu sebagai pemandangan biasa.

Tapi kemudian menjadi pusat perhatian banyak orang karena yang berjualan telur ayam kampung tadi adalah seorang perempuan tua yang sudah semestinya berdiam diri dan duduk manis saja di rumahnya. Dia adalah Mbok Muna (90 tahun) warga Desa Kesamben, Driyorejo-Gresik-Jawa Timur.

Perempuan yang oleh warga desa dijuluki “Mbok Endog Samben” itu memang kelahiran Desa Kesamben. Dia menjajakan telur ayam kampung justru bukan di desa asalnya melainkan di kompleks perumahan warga Sumput Asri yang berada tidak jauh dari desanya.

“Anak-anakke podho nang endi mbah?” (anak-anaknya pada kemana mbah) tanya saya dengan Bahasa Jawa.

“Yo ono nang omah nak” (ada di rumah nak) sahut perempuan tua itu.

Saya kagum sekaligus iba saat melihat perempuan ini menjajakan telur. Di usianya yang sudah sangat renta perempuan ini masih sanggup mengais rezeki dengan menjajakan telur ayam kampung dari rumah ke rumah.

Warga di desanya sudah sangat mengenal perempuan tua ini. Telur ayam kampung yang dijajakannya selalu habis diborong warga. Mereka biasanya memanfaatkan telur-telur itu untuk campuran jamu kesehatan.

Lalu di mana anak-anak Mbok Muna? Mengapa Anak-anak Mbok Muna tega membiarkan dirinya berjualan dengan berjalan kaki yang cukup jauh?

Mbok Muna kini tinggal bersama kelima anaknya. Sayang saya tak berhasil mengabadikan kondisi tempat tinggalnya. Semua anak-anaknya sudah berkeluarga. Menurut pengakuannya sendiri, sebenarnya semua anak-anaknya sudah melarangnya berjualan selain karena usianya yang sudah tua juga semua anaknya merasa mampu untuk menghidupinya.

“Anak-anakku gak ngolehi aku dodolon ndog maneh nak” (anak-anak saya tidak memperbolehkan saya berjualan telur lagi) akunya kepada saya saat beristirahat usai menjajakan telur di Perumahan Sumput Asri Gresik.

Mbok Muna memang keras kepala. Ia tak mau mengikuti saran anak-anaknya untuk tidak berjualan telur lagi di usianya yang sudah sangat renta itu. Ia bahkan tak mau menyerah dengan tubuh rapuhnya. Meski berjalannya sudah terseok-seok namun tetap saja ia bersemangat menjajakan telur-telurnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline