Lihat ke Halaman Asli

Mawan Sidarta S.P.

TERVERIFIKASI

Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Kopi Kopyok, Unik dan Melegenda di Gresik

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1431643370964402897

 

[caption id="attachment_417501" align="aligncenter" width="500" caption="Secangkir kopi kopyok ala Warkop Cak Wito"][/caption]

Kota Gresik di Jawa Timur terkenal dengan sektor perindustriannya yang maju dengan pesat. Ternyata kota yang terletak di pantai utara Pulau Jawa itu juga dikenal masyarakat luas sebagai “kota warung kopi”. Banyak sekali warung kopi (warkop) berdiri di berbagai penjuru kota santri itu. Malahan dari waktu ke waktu perkembangannya semakin pesat saja, bak jamur yang tumbuh di musim hujan.

Sayangnya sejumlah warkop di Gresik berdiri tidak sesuai dengan aturan dan moralitas masyarakat setempat. Warkop-warkop itu memang menyediakan fasilitas plus di dalam layanannya, tapi plus di sini bukan plus free Wi-Fi melainkan plus pelayan wanita yang aduhai. Wah kalau sudah begini lain lagi ceritanya.

Maka kemudian muncul istilah warkop “pangku” karena sang pelayan wanita tadi juga menawarkan diri untuk beradegan mesum. Warkop seperti ini biasanya tidak secara terang-terangan buka di pusat keramaian Kota Gresik melainkan berada di keremangan sudut-sudut Kota Gresik yang masyur dengan julukan bumi wali itu.

Dari sekian banyak warkop yang ada di Gresik, maka warkop milik Cak Wito inilah yang sangat melegenda di kota yang terkenal dengan kuliner nasi krawunya itu. Warkop milik Cak Wito itulah yang dengan lantang menepis stigma (cap) buruk tentang warkop di Kota Gresik selama ini. Warkop yang berada di Jalan Wachid Hasyim III, persis di samping Masjid Jamik Gresik itu merupakan warkop paling tua di Kota Gresik.

 

[caption id="attachment_417502" align="aligncenter" width="400" caption="Cak Wito dalam warkopnya"]

14316435921400391009

[/caption]

“Warkop ini sudah ada sejak tahun 1960-an “ tutur Cak Wito pagi kemarin (13/5/2015). Cak Wito demikian panggilan akrab Suwito merupakan putra terakhir almarhum Pak Rokhim, pendiri warung kopi ini.

“Kalau biasanya warkop-warkop yang ada di Gresik ini hanya digunakan sebagai tempat kongkow (nongkrong) maka lain dengan warkop saya, di sini kita bisa menikmati kopi yang disajikan dengan cara yang unik sambil bersilaturrahim dengan teman-teman lama kita” terangnya disela-sela melayani pengunjung warkopnya.

Untuk air saja, Cak Wito mengaku menggunakan air sumur bor. Sebelum direbus air didiamkan dulu dalam wadah (gentong). Air dibiarkan mengendap sehingga yang direbus hanya yang benar-benar jernih saja. Dan uniknya lagi, air ini direbus sebanyak 3 kali dalam wadah panci yang berbeda sebelum dituangkan ke dalam gelas berisi serbuk kopi olahannya.

 

[caption id="attachment_417503" align="aligncenter" width="400" caption="Kopi alus (halus) ala warkop Cak Wito"]

14316437501455351606

[/caption]

Warkop Cak Wito menawarkan tiga menu andalan, ada kopi alus (halus), kasar (kopyok) dan secang. Serbuk kopi dibuat dari biji kopi pilihan dari jenis Java Coffee dengan cara menggoreng sendiri lalu ditumbuk. Proses pengolahan kopi inilah yang menurutnya membedakan warkop miliknya dengan warkop lainnya.

“Wah kalau proses pembuatan serbuk kopi terus terang saja itu rahasia kami sejak puluhan tahun silam” cetusnya sambil tertawa.

Di warung Cak Wito ini, pembeli ditawari apakah menggunakan gelas biasa atau cangkir keramik nan unik. Untuk minuman kopi halus, serbuk kopi memang ditumbuk sangat halus.

 

[caption id="attachment_417504" align="aligncenter" width="400" caption="Serbuk kopi kasar (kopyok)"]

1431643904576353156

[/caption] [caption id="attachment_417505" align="aligncenter" width="280" caption="Dituangkan air panas"]

1431644049314688093

[/caption] [caption id="attachment_417507" align="aligncenter" width="400" caption="Jadilah segelas kopi kopyok"]

14316453401620542295

[/caption]

Kopi kopyok lebih unik dalam penyajiannya. Serbuk kopi yang kasar ditempatkan dalam gelas lalu ke dalam gelas itu dituangkan air mendidih. Serbuk kopi bertekstur kasar tadi secara otomatis akan naik sendiri ke atas (Jawa = mumbul). Nah untuk menikmati kopi kopyok ini saya harus mengaduknya terlebih dulu agar serbuk kopi yang mumbul tadi akan melarut bersama air dan gula yang ada di bawahnya.

Kopi kopyok rasanya sedikit masam, terasa banget ketimbang kopi halus. Serbuk kopi bertekstur kasar yang dimasukkan ke dalam gelas itu jumlahnya hampir separuh gelas. Bisa dibayangkan kalau rasa kopinya mantap karena lebih kental.

 

[caption id="attachment_417509" align="aligncenter" width="400" caption="Kopi, wedang secang dan ketan bumbu"]

14316455041174617227

[/caption] [caption id="attachment_417510" align="aligncenter" width="400" caption="Bahan-bahan untuk wedang secang warkop Cak Wito"]

1431645632301316859

[/caption]

Minuman lain yang ditawarkan warkop Cak Wito adalah wedang secang. Selain secang ke dalam wedang secang biasanya ditambahkan rempah-rempah lain berupa habatus saudah, kayu manis, kapulaga, cengkeh dan jahe. Warna minumannya menjadi merah. Rasanya segar sedikit pedas.

“Wedang secang sangat baik untuk menjaga kesehatan tubuh, mengatasi perut kembung dan masuk angin” terang Cak Wito.

“Batang secang juga diyakini banyak mengandung antiseptik yang sangat berguna bagi kekebalan tubuh kita” lanjut Cak Wito.

 

[caption id="attachment_417511" align="aligncenter" width="400" caption="Jajan pelengkap kopi"]

14316457641866502615

[/caption]

Ngopi di warkop Cak Wito akan lebih afdol bila ditemani jajanan khas seperti ketan bumbu, pisang dan ketela goreng serta perut ayam. Biasanya pembeli memesan dua minuman sekaligus, yakni kopi dan wedang secang.

Untuk segelas kopi halus maupun kopyok hanya dihargai Rp. 2500,- sedangkan wedang secang cuma Rp. 2000,- pergelasnya. Sebungkus ketan bumbu cukup membayar Rp. 1500. Pisang dan jenis gorengan lainnya hanya Rp. 750,- sebuahnya. Jadi kalau ngopi sambil jajan di warkop Cak Wito dijamin tidak akan merogoh kocek terlalu dalam.

Sejak pertama kali didirikan tahun 1960-an oleh almarhum Pak Rokhim hingga kini warkop Cak Wito tak pernah sepi dari pembeli. Entah berapa ratus pembeli yang datang setiap harinya, Cak Wito juga tidak menyebutkan secara rinci.

“Yang pasti sehari sedikitnya menghabiskan 2 kilogram kopi bubuk” ujar Cak Wito .

 

[caption id="attachment_417512" align="aligncenter" width="400" caption="Warkop warisan alm. Pak Rokhim"]

14316459411896660671

[/caption] [caption id="attachment_417513" align="aligncenter" width="400" caption="Warkop Cak Wito ada di samping Masjid Jamik Gresik"]

14316460651387274859

[/caption] [caption id="attachment_417514" align="aligncenter" width="400" caption="Jalan menuju warkop"]

14316461991865055873

[/caption]

Warkop Cak Wito memang terlihat sangat bersahaja, seolah tak memperlihatkan sebuah warung yang sudah berusia puluhan tahun. Papan nama atau spanduk juga tak terlihat di sana. Perabotan warung warisan orang tuanya yang masih tersisa mungkin hanya berupa meja kecil tempat jajanan.

Meski demikian warkop ini pernah dikunjungi para pejabat Gresik dan pengamat kuliner, Bondan Winarno. Sepeninggal Pak Rokhim, pengelolaan warung kemudian diteruskan oleh Cak Wito bersama saudaranya yang lain. Sukses yang diraih Cak Wito bersama saudara kandungnya tak lantas membuat mereka lupa diri. Warkop ini mengembangkan sayapnya dengan membuka dua cabang baru. Yang pertama di kawasan Jalan Pahlawan, Gresik dan satu lagi berada di perumahan Pondok Permata Suci, Gresik.

Bagi Anda atau penikmat minuman kopi yang kebetulan bertandang ke Kota Gresik maka mencoba sensasi kopi kopyok dan wedang secang sepertinya menjadi hal yang wajib. Belum sah ke Kota Gresik bila tidak mencicipi rasa khas kopi olahan warung Cak Wito.

Warkop Cak Wito buka setiap hari, setelah Subuh sampai jam 12.00 WIB (waktu Dhuhur). Pada Hari Jum’at warung libur. Khusus di Bulan Ramadhan warung buka mulai malam hari (ba’dal Isya’).

Cak Wito yang sehari-harinya juga berprofesi sebagai kepala sekolah sebuah SMP Swasta di Gresik itu mengatakan kalau usaha warkop yang dijalankan bersama saudara kandungnya itu merupakan peninggalan orang tua yang harus dijaga.

 

[caption id="attachment_417515" align="aligncenter" width="400" caption="Kebersamaan di warkop Cak Wito"]

14316463161333349259

[/caption] “Kami semua bersama-sama terlibat langsung dalam menjalankan warung kopi ini, ibarat pepatah berat sama dipikul ringan sama dijinjing” pungkas lelaki berputra dua kelahiran 39 tahun silam.

Warkop Cak Wito bukanlah warung kopi biasa. Ada yang menarik di sana. Cara penyajiannya yang unik, kerukunan dan kebersamaan antara penjual dan pembeli yang terbangun selama puluhan tahun, seolah menjadi inspirasi berharga bagi siapa saja yang berkunjung ke sana terutama bagi para penikmat kopi sejati.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline