Lihat ke Halaman Asli

Mawan Sidarta S.P.

TERVERIFIKASI

Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Tanam Kangkung di Lahan Sempit Tingkatkan Ekonomi Keluarga

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14278534281072250260

[caption id="attachment_406980" align="aligncenter" width="500" caption="Tanaman kangkung yang siap panen"][/caption]

Puluhan tahun silam, sekitar tahun 1977 an.Saat baru bersekolah SD, di dekat rumah saya yang berada di Surabaya Barat itu sering terlihat seorang perempuan tua biasa berburu (Jawa = ngramban) kangkung di selokan-selokan dan kubangan air.

Kala itu masih banyak terlihat tanah-tanah kosong di antara rumah-rumah warga. Bila musim hujan tiba banyak terbentuk kubangan air di lahan kosong tadi. Selain kubangan air, rumput ilalang juga tumbuh subur di sana.

Kubangan-kubangan air itu tak hanya menjadi tempat tumbuh-kembang bagi beberapa jenis ikan air tawar seperti lele, gabus, betik dan sepat melainkan juga menjadi habitat bagi tanaman kangkung.

[caption id="attachment_406982" align="aligncenter" width="400" caption="Lahan sempit yang siap ditanami kangkung"]

142785359190034418

[/caption]

Dengan alat semacam ani-ani (ketam) perempuan pencari kangkung tadi memotongi kangkung yang tumbuh subur di kubangan itu. Sebagian kangkung yang diperolehnya dikonsumsi sendiri sebagian lagi dipilih yang bagus untuk dijual ke pasar.

Kini ketika rawa-rawa dan kubangan air semakin berkurang jumlahnya karena dijadikan areal perumahan warga maka orang kemudian berpikir untuk membudidayakan tanaman kangkung itu. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan sayuran, kangkung kemudian dikembangkan di lahan pertanian. Tanaman kangkung yang diusahakan di atas lahan (sawah) dinamakan kangkung darat (Ipomoea reptans).

[caption id="attachment_406984" align="aligncenter" width="400" caption="Pak Bandi membuat goresan lubang tanam"]

14278537451003511808

[/caption]

Sepintas tanaman kangkung memang terkesan rendahan. Tapi harus diingat bahwa tanaman ini manfaatnya banyak sekali. Kangkung termasuk tanaman yang istimewa karena bisa tumbuh di lahan yang kurang subur sekalipun dan tak butuh lahan yang luas untuk membudidayakannya.

Ditangan kreatif Pak Bandi, tanaman kangkung yang berkonotasi rendahan itu disulapnya menjadi komoditas yang mampu menopang ekonomi keluarga. Pak Bandi adalah salah satu contoh dari petani Driyorejo-Gresik yang beberapa tahun belakangan ini telah mencoba mengembangkan kangkung di lahan sempit dan hasilnyapun sangat menggembirakan.

[caption id="attachment_406987" align="aligncenter" width="400" caption="Menebarkan benih (biji) kangkung"]

14278538941571207099

[/caption]

Di lahan yang tak begitu luas dan bersebelahan dengan bekas Pabrik Surya Kertas, Pak Bandi memulai usahanya di bidang budidaya tanaman kangkung sejak beberapa tahun itu. Sebenarnya tak hanya kangkung yang ia usahakan tapi juga beberapa tanaman lain seperti jagung, lombok dan padi. Namun ia mengaku tanaman kangkung yang ia tanam itu justru hasilnya tak kalah dengan tanaman lainnya.

“Kangkung cepat dipanen dan ndak butuh biaya perawatan yang banyak, makanya saya bersemangat menanam tanaman ini dik” terang Pak Bandi dengan optimis.

[caption id="attachment_406992" align="aligncenter" width="400" caption="Tanaman kangkung usia 5 hari "]

142785425656007674

[/caption]

Sambil menunggu hasil panen tanaman lainnya, kangkung yang dibudidayakan Pak Bandi ini bisa dipanen 20 hari setelah tebar benih.

Langkah pertama yang dilakukan Pak Bandi adalah menyiapkan lahan tanam. Tanah milik desa yang disewanya itu ia olah. Kemudian dibuatlah petak-petak (bedengan). Untuk menanam kangkung ini tidaklah sulit. Kadang ada petani yang meletakkan biji (benih) kangkung pada lubang tanam setelah ditugal (digejik) atau ada pula petani yang hanya menyebarkan begitu saja benih-benih kangkung itu.

Lain dengan Pak Bandi, ia membuat lubang yang tak begitu dalam, kira-kira 2 sentimeteran dalamnya tapi ditarik memanjang. Seperti goresan di atas lahan. Benih kangkung lalu ditaburkan merata di dalam lubang goresan tadi. Selanjutnya ditutup dengan tanah.

Musim hujan seperti sekarang ini menjadi berkah tersendiri bagi petani seperti Pak Bandi. Tanamannya tak perlu pengairan khusus seperti saat kemarau. Setiap pagi dan sore Pak Bandi memantau benih kangkung yang sudah ditanamnya itu. Ia juga membebaskan kangkungnya dari rumput atau tanaman pengganggu lainnya.

“Kangkung ini ndak rewel, hama dan penyakitnya juga mudah diatasi dik” tutur Pak Bandi tanpa merinci lebih lanjut mengenai jenis penyakit dan obatnya.

[caption id="attachment_406995" align="aligncenter" width="400" caption="Seperti ini benih (biji) kangkung itu"]

1427854546100685075

[/caption]

Untuk seikat besar kangkung ia hargai Rp. 4000,-. Di dalamnya terdapat 10 ikatan kecil. Kalau di pasar tradisional apalagi mal tentu harganya melambung tinggi. Meski harga jualnya relatif murah namun karena kangkung itu waktu panennya singkat dan tak membutuhkan biaya perawatan yang besar maka hasil akhirnyapun lumayan juga. Tak heran selama beberapa tahun ini ia berhasil membudidayakan kangkung untuk mencukupi kebutuhan ekonomi rumah tangganya.

[caption id="attachment_406997" align="aligncenter" width="400" caption="Tanaman lain yang diusahakan Pak Bandi"]

14278546652019516457

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline