Lihat ke Halaman Asli

Mawan Sidarta S.P.

TERVERIFIKASI

Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Ranu Pani yang Kulihat Dulu

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1424232497502840116

[caption id="attachment_397744" align="aligncenter" width="500" caption="Selayang pandang Ranu Pani"][/caption]

Umumnya traveler sangat familiar dengan istilah “Ranu” dan “Coban (Cuban)” dimana kedua istilah kata ini banyak digunakan oleh beberapa daerah di Jawa Timur.

Kata “Ranu” yang berarti danau umumnya dipakai oleh masyarakat daerah Lumajang untuk menyebut istilah danau yang terletak di daerah itu. Di Kota Lumajang terdapat banyak ranu diantaranya Ranu Klakah, Ranu Bedali.

Khusus untuk beberapa ranu yang berada di lereng Gunung Semeru adalah Ranu Regulo, Ranu Pani (ada yang menyebut Ranu Pane) dan Ranu Kumbolo (ada yang menyebut Ranu Gumbolo/Gembolo).

Sementara itu kata”Coban” banyak digunakan oleh masyarakat di daerah Malang untuk menyebut istilah air terjun. Ada banyak coban di Kota Malang. Diantaranya : Coban Rondo, Grojokan Sewu, Coban Glotak, Coban Jahe.

Saat saya masih bersekolah di Universitas Jember puluhan tahun silam, seorang teman kos dari fakultas lain yang bernama Muslim pernah mengajak saya melancong ke kawasan Ranu Pani. Kebetulan Muslim berasal dari Kota Lumajang.

Tahun 1989 an tarif angkutan bus antar kota, jurusan Surabaya-Jember masih sangat murah kalau tidak salah ingat sekitar Rp.3000,- sampai Rp.4000,-. Sedangkan yang patas Rp.5000,-. Biasanyasaya menggunakan PO. Akas yang populer ketika itu. Dengan armada bus yang bagus dan tempat duduk yang nyaman saya biasa pulang pergi Surabaya-Jember selama lima tahun.

[caption id="attachment_397747" align="aligncenter" width="500" caption="Masih lumayan alami"]

14242327121535724042

[/caption]

Di sela-sela waktu senggang perkuliahan, Muslim mengajak saya ikut ke rumahnya di kawasan Lumajang. Kesempatan itu saya pergunakan sebaik-baiknya. Dari tempat kos kami di Jalan Kalimantan Jember kami naik bemo menuju terminal Tawang Alun.

Kemudian oper lagi dengan bus menuju terminal Kota Lumajang. Setelah bersilaturrahim dengan keluarganya di Lumajang, kami mengisi waktu yang tersisa untuk bermain-main ke Ranu Pani.

Jarak rumah Muslim dengan objek wisata Ranu Pani di Kecamatan Senduro cukup dekat. Dengan meminjam sepeda motor milik kakak Muslim, Suzuki TS 125 kami bertualang menyusuri jalanan terjal penuh liku di Desa Ranu Pani yang berada di lereng Gunung Semeru itu.

Tampaknya Muslim mahir benar mengendarai sepeda motor trail ini. Hutan di kawasan menuju Ranu Pani tampak rimbun dengan jalan berliku. Suasana yang redup akibat rimbunnya pepohonan hutan menyebabkan kawasan ini kata Muslim dijuluki “alas ireng-ireng”.

Cukup lama kami berjalan hingga pada akhirnya sampai di sebuah Desa Ranu Pani dengan danaunya yang indah. Kami beristirahat setelah perjalanan yang cukup menguras stamina itu. Kemudian menikmati bekal makanan dan minuman yang kami bawa dari rumah Muslim.

[caption id="attachment_397753" align="aligncenter" width="500" caption="Melepas lelah, menghela nafas panjang sambil menikmati karunia alam ini"]

142423346175325598

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline