Minggu kemarin aku membesuk salah satu kerabat yang rawat inap di RSUD Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Lokasinya sangat strategis, berdekatan dengan perempatan besar Ragunan. Kamar rawat inapnya cukup luas, interiornya mewah dengan fasilitas tempat tidur buatan Paramount Bed sekelas hotel, bedside cabinet, overbed table, kursi pasien, TV kabel, dan lemari pakaian. Kamar mandi dan toiletnya pun mewah dengan shower air panas.
Rumah sakit ini kalau kubilang tergolong rumah sakit mewah. Rumah sakit mahal sekelas RS. Siloam yang milik Lippo Group itu masih kalah jauh sama RSUD Pasar Minggu ini. Interiornya mewah dan ditunjang dengan fasilitas-fasilitas modern berbasis IT dan peralatan medis yang serba canggih.
Dengan konsep green building dan ramah lingkungan, rumah sakit ini memiliki luas tanah 25.087 m², luas dasar 4.381 m² dan luas bangunan 43.495,78 m². RSUD Pasar Minggu ini terdiri dari 1 lantai basement, 3 lantai podium dan 9 lantai tower dengan jumlah bed sebanyak 468, memiliki 19 dokter spesialis, 31 dokter umum, 3 dokter gigi, dan tenaga kesehatan lainnya.
Rumah sakit ini dibangun berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 211 Tahun 2015 dan diresmikan oleh Basuki Tjahaja Purnama selaku Gubernur DKI Jakarta dan Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek di penghujung tahun 2015 yang lalu. Peletakan batu pertama pada tanggal 2 April 2014 oleh Jokowi yang saat itu masih menjabat sebagai gubernur Provinsi DKI Jakarta.
Namun, berdasarkan pengamatan aku sekilas, RSUD Pasar Minggu ini masih banyak sekali kekurangan dari segi perawatan bangunan. Apa karena masih baru operasional, aku tak tahu, namun sebagian besar kondisi area luar gedung begitu memprihatinkan. Yang parahnya lagi sistem damkarnya banyak yang belum berfungsi. Selang, nozzle, dan kunci hydrant belum ada. Tidak ada checklist pemeriksaan hydrant secara berkala oleh petugas khusus atau satpam. Kondisi yang sama terjadi pula pada semua APAR gedung.
Kekurangan lainnya yaitu tidak adanya fasilitas ATM center. Percuma rumah sakitnya mewah, tapi tidak ada mesin ATM. Orang yang akan menarik uang di ATM untuk pembayaran biaya pengobatan harus pergi cari ATM di luar yang lokasinya jauh dari rumah sakit. Yang ada cuma mesin ATM Bank DKI, di lantai 1, tapi itu pun rusak dan tidak berfungsi.
Apakah kondisinya semua aset milik pemerintah harus begitu? Kalau dulu mungkin iya, tapi sekarang di jamannya Ahok sebagai gubernur DKI Jakarta seharusnya hal yang demikian sudah tak berlaku lagi karena Ahok menerapkan konsep smart city di mana salah satu fungsi dan tujuannya yaitu semua aset Pemprov DKI dirawat sebaik mungkin dengan tata cara kelola yang profesional dan berbasis IT.
Tulisan ini sengaja ku-posting di Kompasiana agar pihak pengelola RSUD Pasar Minggu (jika memang ada) itu dapat segera melakukan pembenahan-pembenahan secara berkala. Percuma fasilitas gedung yang begitu mentereng, tapi tak dirawat dengan baik dan profesional.
Berikut ini hasil assessment singkat aku di RSUD Pasar Minggu itu. Semoga dapat menjadi rujukan perhatian Direktur Utama RSUD Pasar Minggu untuk pembenahan ke arah yang lebih baik. Usul dan saran pun juga aku lampirkan di bawah tulisan ini, semoga ditindaklanjuti.
Area Dalam Gedung
Area Luar Gedung