Lihat ke Halaman Asli

Di Medan Peperangan, Pemimpin Bisa Mati oleh Anak Buahnya

Diperbarui: 18 Januari 2017   23:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: bestsampleresume.com

Pagi tadi dalam perjalanan menuju tempatku bekerja, aku membaca salah satu status Facebook yang menarik dan membuatku merenung.

"Di medan peperangan, seorang pemimpin bisa mati oleh anak buahnya sendiri..."

Makna yang tersirat dalam status yang diakhiri dengan tanda elilsis berupa tanda titik tiga kali itu memiliki makna yang dalam. Dalam tulisan ini yang aku bahas yaitu relevansi status itu dalam dunia kerja, sekalipun ruang lingkup status itu luas, bisa mencakup dunia pemerintahan, militer, organisasi, dan masih banyak lagi.

Dalam dunia kerja, banyak pemimpin yang hancur karirnya akibat kesalahan fatal yang dibuat oleh anak buahnya dalam bekerja. Misalkan di bagian Finance & Accounting, salah bikin Invoice dan Faktur Pajak ke Pelanggan, maka fatal akibatnya. Kalau Staff yang bersangkutan yang melakukan kesalahan pembuatan Invoice dan Faktur Pajak, paling tinggi dapat Surat Peringatan dari perusahaan, tapi tetap yang disalahkan adalah Atasannya, cepat atau lambat posisinya akan diganti orang lain yang dianggap lebih mampu oleh perusahaan.

Begitu pula di bagian vital lainnya dalam perusahaan, misalkan di bagian Legal. Salah bikin Kontrak Perjanjian antara pihak perusahaan dan pelanggan, maka fatal akibatnya. Atasannya yang akan terkena dampaknya karena dianggap tidak mampu mengontrol pekerjaan anak buahnya.

Kesalahan-kesalahan fatal yang dilakukan oleh anak buah tentu saja akan berdampak buruk pada karir sang Atasan. Berdasarkan pengamatan aku dilingkungan tempatku bekerja, hal ini seringkali terjadi karena beberapa indikator dibawah ini;

1. Tidak Memeriksa Kembali Hasil Pekerjaan Anak Buah
Dalam dunia kerja setiap Atasan tentunya menginginkan hasil pekerjaan yang sempurna sesuai dengan instruksi yang ia berikan, namun satu hal yang patut diingat, kemampuan tiap orang menerjemahkan instruksi yang diterima dari Atasannya belum tentu sama dengan apa yang ada dalam isi kepala sang Atasan.

Ada Atasan yang karena sudah terlanjur percaya terhadap anak buah, apalagi dibarengi dengan aktivitas pekerjaan yang menumpuk di depan mata, sehingga ia tidak memeriksa kembali hasil pekerjaan yang dilakukan oleh anak buah. Akibatnya, resiko tanggung sendiri. Oleh karena itu, Atasan yang baik tentu saja harus memeriksa kembali hasil pekerjaan anak buahnya setelah ia memberikan suatu tugas, sekecil apapun tugas yang diberikan.

Kenapa harus memeriksa kembali pekerjaan anak buah? Karena kemampuan tiap orang menerjemahkan intruksi yang diterima tentu saja beda-beda. Kadang maksudnya Atasannya lain, tapi yang dikerjakan oleh anak buahnya lain hasilnya. Itulah sebabnya, biasakan periksa kembali hasil pekerjaan anak buah.

2. Tidak Memberi Instruksi yang Jelas
Banyak Atasan yang karena sedang terburu-buru mau meeting, mau ketemu tamu, dipangggil big boss, atau mau mengunjungi relasi bisnis perusahaan, maka ia memberikan tugas kepada bawahannya dengan intruksi yang kurang jelas karena terburu-buru.

Dalam pemikirannya instruksi yang diberikannya dalam kondisi terburu-buru itu dimengerti dan dipahami oleh anak buahnya sesuai dengan apa yang ia pikirkan dalam kepalanya. Sehingga hasilnya sudah jelas, hasil pekerjaan yang dilakukan oleh anak buahnya sudah pasti beda, tidak sesuai dengan apa yang dimaksud oleh sang Atasan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline