Banyak orang yang mengingini Ahok maju melalui jalur independen saja karena adanya krisis kepercayaan publik kepada partai politik. Selain itu adanya keinginan untuk memberikan pelajaran dan balas dendam sama parpol. Namun aku berpikir lain.
Saat ini sudah ada tiga parpol yang menyundulnya, yaitu, Nasdem, Hanura, dan Golkar. Secara persyaratan, sudah tak ada masalah. Aku berharap sepulangnya Ahok dari liburan di kampung halamannya, Ahok segera mengambil keputusan maju melalui jalur dukungan parpol.
Nggak usah dengar ocehan dan celotehan orang lain yang bilang kalau Ahok maju lewat parpol, berarti dukungan sejuta KTP selama ini abal-abal doang, nggak konsisten lah, kutu loncat lah, dan bla bla bla lain sebagainya. Itu jebakan betmen agar Ahok gagal jadi Gubernur DKI.
Apa Ahok mau sama seperti si Fahri Hamzah itu yang independen di DPR RI tanpa satu parpol pun dibelakangnya? Apa yang ia suarakan nggak digubris orang. Apa enak kerja model begitu? Lagipula Teman Ahok itu ada dengan tujuan untuk berjaga-jaga kalau Ahok dijegal dengan tanpa dukungan satu parpol pun, lha kini sudah ada tiga parpol yang dukung, lantas apalagi yang harus dikhawatirkan?
Sudahlah, negara kita ini belum siap dengan model independen-independen macam begitu itu. Di semua negara-negara demokratis dibelahan dunia ini, semua politisi menggunakan jalur parpol. Sebutkan satu negara saja yang Kepala Daerah atau Kepala Negaranya berasal dari jalur independen. Satu negara saja, ok?
Enggak usah banyak cingcong lah, yang jelas, jalur parpol sudah pasti lebih kuat, lebih kokoh, dan manakala Ahok diganyang, sudah ada tiga parpol dibelakangnya yang siap tempur sampai titik darah penghabisan.
Kalau untuk ukuran dukungan publik, sudah tak perlu lagi diragukan kekuatannya. Dari Sabang sampai Merauke, dari Eropa sampai Amerika, dari Australia sampai Afrika, gaung nama Ahok bergema dimana-mana. Tak sulit bagi seorang Ahok untuk menang. Bahkan suara yang diperoleh Ahok dari jumlah KTP yang terkumpul saat ini melebihi suara Pemilu Legislatif dulu, bahkan melebihi suara yang diperoleh oleh Partai Gerindra yang hanya 592.568 suara saja itu.
Karenanya adalah sangat bijak bilamana Ahok maju melalui jalur parpol. Bagaimanapun juga mesin partai sangat efektif untuk mendukung Ahok agar lebih mudah melaksanakan tugasnya sebagai Gubernur setelah terpilih nantinya.
Politik itu bersifat dinamis. Semua elite politik di negeri ini, termasuk Prabowo Subianto mengakui kekuatan dukungan rakyat kepada Ahok yang tak terbendung. Sekalipun hanya dalam hati saja mereka mengakuinya, karena kalau mengakui kekuatan Ahok melalui ucapan bibir mereka, jelas-jelas mereka malu.
Mengurus Jakarta itu tak semudah mengatur daerah lain. Terlalu banyak kepentingan dan intrik politik yang bermain. Itulah sebabnya dukungan partai sangat dibutuhkan untuk menguatkan derap langkah Ahok menuju Jakarta baru.
Ya sudah itu saja. Lebih baik lewat jalan tol daripada lewat jalan arteri, banyak ranjau paku yang bertebaran.