Arab Saudi selama ini telah menjadi target serangan ekstrimis kelompok Sunni yang menganggap koalisi Arab Saudi dan negara-negara Sekutu lainnya sebagai bidah dan musuh Islam. Arab Saudi merupakan bagian dari koalisi yang dipimpin Amerika Serikat untuk memerangi kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah.
Perilaku radikalisasi lahir dari rahim rasisme akibat mengadopsi paham salafisme, mengambil alih konsep Al-Qaeda demi kekhalifahan. Bagi para pembom bunuh diri, mereka adalah Muslim yang taat agama. Sebagai bukti ketaatan mereka kepada Allah, maka mereka rela mengenakan sabuk berisi bahan peledak untuk membunuh orang tak beriman sebagai bagian dari ibadah.
Sebelum menjadi pembom bunuh diri di London, Mohammad Khan mengancam seluruh warga kota London, "Aku bicara dalam bahasa yang mudah kalian mengerti bahwa kami akan mengirim kematian kepada kalian dengan darah kami."
Kenapa bisa begitu? Karena para teroris ini, mulai dari organisasi teroris IRA di Irlandia Utara, Bask di Spanyol, Hamas di Palestina, Hizbullah, Al Qaeda, Jamaah Islamiah dan ISIS, rata-rata memiliki cacat mental yang akut. Mereka meyakini bahwa Islam mencintai kematian demi jihad yang mulia. Mereka yang mati karena menghabisi nyawa orang-orang tak beriman dianggap martir dan memiliki peringkat tertinggi di sorga.
Dalam perang Iran melawan Irak dulu, Hossein Fahmideh yang baru berusia 13 tahun adalah pelaku bom bunuh yang paling menginspirasi dunia terorisme. Ia melemparkan dirinya ke sebuah tangki minyak di Irak dengan granat di tangannya sehingga menewaskan 32 orang Lebanon, 17 orang Amerika, dan 14 orang Syiah.
Setelah kematiannya, ribuan remaja Iran mengikuti jalan jihadnya dengan cara berlari melintasi ladang ranjau dengan bom rakitan yang melekat di punggung dan granat di tangan mereka. Dalam perang Iran-Irak, sebanyak 1,121 pembom bunuh diri berusia remaja melakukan serangan jihad secara brutal terhadap Irak.
Di Sri Lanka, kelompok Macan Tamil mengadopsi taktik bom bunuh diri karena terinspirasi dari para pejuang jihad yang meledakkan diri mereka ditempat umum. Selain Macan Tamil, bom bunuh diri juga dipraktekkan oleh suku Kurdi melawan Turki dan kaum Sikh di India.
Pembom bunuh diri ini disebut sebagai martir (syuhada, Shahid) atau golongan orang yang mengorbankan diri mereka (fida'iyun, Fida'i). mati sebagai martir atau meledakkan diri atau melaksanakan operasi mati syahid (amaliyat istishhadiya). Bagi mereka, bunuh diri demi kematian orang-orang yang tak beriman adalah kemuliaan.
Dalam pidato di markasnya di Ramallah pada tanggal 18 Desember 2001 yang silam, pemimpin Palestina Yasser Arafat berteriak lantang kepada Israel bahwa ia rela mengorbankan tujuh orang Palestina martir demi kematian satu orang Israel. Ia mengancam bahwa jutaan orang Palestina yang siap jadi martir akan berbaris menuju Yerusalem. Yasser Arafat percaya bahwa menjadi martir dalam perjuangan jihad adalah para prajurit yang suci (mujahidin) yang akan menuai pahala yang besar si sorga.
Hassan Nasrallah, sekretaris jenderal Hizbullah, pada tahun 2004, juga berkata bahwa mereka telah menemukan cara yang tepat untuk menghancurkan orang-orang kafir karena mereka percaya mati demi Allah upahnya besar di sorga. Menurut Nasralla, Al-Qur'an menjanjikan hadiah Ilahi bagi mereka yang mati berperang di jalan Allah dengan berpatokan pada sabda Rasulullah SAW, "Sesungguhnya, pintu surga berada di bawah bayang-bayang pedang (al-Bukhari 4:73).
Apapun motivasi dari para pelaku bom bunuh diri tentang mati syahid ini jelas-jelas sangat bertentangan dengan ajaran agama Islam bahwa pejuang Jihad tidak boleh mengambil nyawa warga sipil, perempuan, anak-anak, orang sakit, dan orang tua. Al-Qur'an tidak mengajarkan bunuh diri dan Nabi Muhammad jelas-jelas menegaskan bahwa orang yang bunuh diri tidak akan bisa masuk ke surga.