Anda masih ingat dengan ribut-ribut soal tenaga kerja asal Tiongkok yang dipekerjakan di Bayah, Lebak-Banten, dimana isunya tenaga kerja lokal digaji hanya Rp 70 ribu per hari, sedangkan tenaga kerja asal Tiongkok dibayar Rp 300 ribu per hari di PT Cemindo Gemilang, pabrik semen yang dibangun di Bayah, Lebak Banten itu?
Isu ini sempat mencuat ke permukaan dan menjadi isu nasional di awal-awal pemerintahan Jokowi dulu dengan tudingan miring bahwa pemerintah saat ini lebih mengedepankan kepentingan Tiongkok daripada kepentingan rakyatnya sendiri.
Tahun lalu aku mengunjungi Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Enam jam perjalanan dari Jakarta melalui jalur Pelabuhan Ratu. Banyak hal menarik yang ku temui disana terkait dengan isu "aseng" dan kesenjangan sosial antara tenaga kerja lokal dan tenaga kerja asal Tiongkok di PT Cemindo Gemilang itu.
PT Cemindo Gemilang ini lokasinya berada di ketinggian 100 meter di atas permukaan laut. Setiap hari mereka memproduksi 10.000 ton clinker dan 12.000 ton semen. Selain itu, pabrik semen dengan merk dagang Semen Merah Putih itu juga memproduksi Portland Composite Cement (PCC), Ordinary Portland Cement (OPC), Ready Mix Concrete, dan Precast Concrete.
Pabrik Semen itu dibangun pada tahun 2013. Selain bangun pabrik semen, mereka juga bangun pelabuhan sendiri yang mereka namakan Port Jetty untuk pemgiriman semen melalui jalur laut. Lokasinya persis berada di pinggir laut di Bayah, Lebak-Banten, yang berbatasan langsung dengan beberapa desa di sekitarnya, yaitu Desa Pamubulan, Desa Darmasari, Desa Gunung Batu dan Desa Lebak Tipar.
Pabrik ini luasnya 500 hektar, dengan total kawasan seluas 300,000 hektar, dan satu-satunya proyek MP3EI (Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) di kawasan selatan Banten.
Nilai investasinya sangat besar, lebih dari US$ 600 juta dan menyerap 4.000 tenaga kerja. Saat ini PT Cemindo Gemilang sedang giat-giatnya melakukan finishing tahap akhir, di antaranya penyelesaian instalasi conveyor dan pelabuhan Port Jetty itu.
Untuk kebutuhan air, mereka bangun Water Treatment Plant (WTP) sendiri. Untuk kebutuhan listrik, mereka juga bangun PLTU sendiri untuk memasok sumber energi listrik ke pabrik dan pelabuhan mereka.
Hasil investigasi aku selama dua hari di Bayah, ada dua kontraktor besar asal Tiongkok yang bangun pabrik semen dan pelabuhan laut di sana, yaitu PT Sinoma dan PT China Harbour. PT Sinoma ini adalah perusahaan asal Tiongkok yang spesifikasinya khusus di bidang Engineering, Procurement, dan Construction (EPC), sedangkan PT China Harbour adalah perusahaan asal Tiongkok yang khusus spesialis bangun pelabuhan laut dan dermaga.
Jadi sebenarnya tak ada isu "aseng" dan kesenjangan sosial antara pekerja lokal dan pekerja asal Tiongkok di sana karena para pekerja asal Tiongkok itu merupakan satu paket pembayaran dari PT Cemindo Gemilang kepada perusahaan kontraktor asal Tiongkok itu untuk bangun pabrik semen dan pelabuhan laut.
Mulai dari makan minum mereka, tempat tinggal mereka di dormitory, sampai urusan laundry, semuanya ditanggung sepenuhnya oleh PT Cemindo Gemilang yang sudah masuk dalam satu paket pembayaran ke PT Sinoma dan PT. China Harbour itu.