Ya Blue Bird telah menjadi Angry Bird, setidaknya itulah reaksi warga ibukota Jakarta melalui cuitan dan status yang berseliweran di Twitter, Facebook, Path, Instagram, dan Media-Media Sosial lainnya sepanjang hari pada tanggal 22 Maret 2016.
Amuk massa yang melibatkan para sopir taksi berwarna biru itu menyisakan keterpanaan warga Jakarta. Bagaimana enggak terpana, Blue Bird yang selama ini dikenal sebagai Taksi yang menjunjung tinggi profesionalitas, keramahan, pelayanan yang santun, kok bisa berubah menjadi buas, ganas, dan brutal tak terkendali dijalanan.
Para sopir Taksi Blue Bird yang selama ini dikenal sopan dengan ciri khas budaya 3S (Senyum, Salam, Sapa), tak banyak bicara dengan penumpang ketika sedang mengemudi, tiba-tiba berubah menjadi monster jalanan yang membuat warga Jakarta matanya jadi terbuka, oalah ternyata begini toh aslinya mereka.
Demo yang anarkis dan beringas, aksi sweeping, teriak-teriak dijalanan, saling maki, saling gebuk dengan ojek online, aksi bakar ban, kejar-kejaran, saling lempar batu, sampai aksi posting bawa parang di Facebook, membuat warga Jakarta yang selama ini merass aman menggunakan layanan taksi Blue Bird jadi bergidik ngeri.
Sekalipun Blue Bird menggratiskan layanan mereka sepanjang hari pada tanggal 23 Maret 2016 kemarin, tetap saja tak mampu meluruhkan keterpanaan warga jakarta terhadap beringasnya sopir-sopir Blue Bird yang kalap itu, sehingga hastag #percumagratis pun melenting ke permukaan dan menjadi Trending Topic dalam tempo waktu yang singkat.
Aksi gratis itu hanya akal-akalan Manajemen Blue Bird saja. Alih-alih mendapat simpati, justru malah jadi cibiran banyak orang. Bagaimana enggak di bully ramai-ramai oleh para Netizen, armada Blue Bird yang muncul di jalan raya hanya sedikit saja. Sengaja dibatasi memang.
Booking via aplikasi mereka pun susahnya setengah mampus, apalagi order by phone, jangan harap bisa tersambung, nada sibuk melulu sepanjang hari. Sudah di-setting sedemikian rupa sama mereka supaya enggak nombok dan rugi banyak. Kayak nggak tau saja.
Yang bisa hanya cegat dijalan, itu pun untung-untungan karena selain nggak banyak taksi Blue Bird yang nongol batang hidung mereka di jalanan Jakarta, rata-rata Taksi Blue Bird yang meluncur di jalan raya, lampu Taksinya mereka matiin, padahal mobil isinya kosong melompong enggak ada penumpangnya. Apa bukan akal-akalan itu namanya?
Yang beruntung istri aku. Ia naik Blue Bird dari Sudirman, depan gedung Wisma KEIAI, menuju Kosambi, Jakarta Barat, ternyata bisa. Dari Sudirman ke Kosambi, Argo tetap dinyalakan. Sampai di tujuan harga yang tertera di Argo Rp 125 ribu. Sang sopir bilang hari ini gratis ya bu, cuma tandatangan doang di struk dan meninggalkan nomor Handphonenya saja.
Jadi memang benar percuma gratis, karena ujung-ujungnya ya demi kepentingan bisnis mereka juga dalam upaya mereka untuk cari muka sama warga Jakarta, bukan karena mereka punya empati. Mana ada pengusaha yang mau rugi, memangnya ada makan siang gratis?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H