Lihat ke Halaman Asli

Asli Parah Banget, Sudah Diumumkan Naik, Lalu Dibatalkan Kenaikan Harga Pertamax

Diperbarui: 2 April 2016   21:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_388511" align="aligncenter" width="600" caption="Kebutuhan BBM jenis Pertamax bagi pemilik kendaraan yang non Premium di Ibu Kota Metropolitan Jakarta ini (Dokumen Pribadi/Mawalu)"][/caption]Entah apa yang ada dikepala para penentu kebijakan di negeri ini, makin lama kok makin ngasal saja pemerintah kita saat ini. Hari ini pemerintah membatalkan kenaikan harga BBM jenis Pertamax yang telah mereka naikan sebesar Rp. 800,- pada hari ini, Jumat, 15 Mei 2015, karena harga indeks pasar naik sebesar 9,7 persen.

Padahal baru saja pada tanggal 1 Mei 2015 yang lalu, harga Pertamax dinaikkan dari Rp 8.600 per liter menjadi Rp 8.800 per liter, lalu pada hari ini pemerintah menaikan lagi harga bensin Pertamax menjadi Rp 9.600 per liter, Pertamax Plus naik menjadi Rp 10.550 per liter, Pertamina Dex naik menjadi Rp 12.200 per liter, dan Biosolar keekonomian menjadi Rp 9.200 per liter, tapi buru-buru dibatalkan.

Konyol, bukan?

Mbok yao segala sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan hajat hidup orang banyak, dipikirkan yang matang-matang dulu lah sebelum diumumkan. Kok sepertinya tak ada itu koordinasi yang baik antar pihak-pihak terkait, baik itu dari tim penentu kebijakan, ahli ekonom, dan tim sosialisasi pemerintah kepada rakyat. Kalau memang salah hitung atau salah dapat informasi harga BBM dunia, sebaiknya jangan keburu diumumkan, hanya bikin malu saja dan mencoreng moreng muka sendiri.

Sudah tahu harga BBM adalah masalah yang paling krusial yang hanya akan bikin banyak orang muring-muring enggak karu-karuan, akan tetapi kok malah dibuat kelinci percobaan macam orang yang kurang kerjaan saja. Yang begini ini akibatnya kalau naik turunnya harga BBM disesuaikan dengan mekanisme pasar, jadinya ya selalu kacau balau melulu.

Dijaman para Presiden sebelumnya, termasuk dijamannya Megawati ketika ia jadi Presiden RI yang aji mumpung dengan lengsernya Gus Dur dulu, perhitungan harga BBM selalu dilakukan dengan perhitungan ekonomi yang sangat tepat, matang, dan mendetail yang diambil harga flat rata-rata average-nya, bukan disesuaikan dengan naik turunnya harga BBM dunia seperti saat ini, karena selain melanggar UUD 1945, juga merugikan harkat hidup orang banyak.

Soalnya kalau harga bBM selalu disesuaikan dengan naik turunnya harga BBM dunia, maka akibatnya fatal. Selain hanya bikin kacau harga-harga sembako dan transportasi, juga akan menimbulkan fluktuasi yang enggak karu-karuan sehingga timbulnya efek domino disegala bidang. Inilah akibatnya kalau minimnya integritas moral kepada kepentingan rakyat secara global.

Sekalipun harga BBM dunia turun, lalu harga BBM dalam negeri negeri juga diturunkan, akan tetapi harga-harga di pasar yang sudah terlanjur naik, tak akan mau lagi diturunkan oleh para pedagang dan para pelaku bisnis transportasi. Akibatnya sudah jelas, fluktuasi jadi kacau balau menghantam segala aspek lini kehidupan sehingga menggoyahkan sendi-sendi perekonomian bangsa.

Kan konyol itu.

Secara intuitif, pemerintah kita saat ini sebenarnya tahu banget bahwa menaikan dan menurunkan harga BBM yang disesuaikan dengan harga minyak dunia adalah salah secara perhitungan ekonomi regional dan perundang-undangan yang berlaku, namun karena ingin tampil beda dengan pemerintahan-pemerintahan sebelumnya, jadinya ya begini ini, maunya bikin terobosan baru melulu, tapi enggak memikirkan dampaknya dan efeknya seperti apa.

Yang jelas, pembatalan kenaikan harga BBM jenis Pertamax Ini adalah suatu kekonyolan yang sangat luar biasa dan baru pertama kali terjadi dalam sejarah sejak bangsa ini berdiri. Konsekwensinya secara implisit, citra pemerintah pun tumbang lagi dimata rakyat yang sebelumnya begitu mengelu-elukkan dengan prilaku fanatisme yang sangat membabi buta dan jumawa itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline