Lihat ke Halaman Asli

Rupiah Ambruk Tembus Diatas 13 Ribu, Jokowi Effect Ternyata Enggak Ngefek

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dulu ketika lagi seru-serunya kampanye Pilpres, para pendukung Jokowi atau yang lebih dikenal akrab dengan sebutan Jokowi Lover berkoar-koar bahwa kalau Jokowi yang menang jadi Presiden, maka nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika akan menguat karena kepercayaan Investor asing sangat tinggi terhadap Jokowi dibandingkan Prabowo.

Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika memang sempat menguat sesaat setelah Jokowi dilantik menjadi Presiden RI, namun itu hanya sesaat saja. Setelah berbagai masalah dan badai politik menerpa yang tak mampu ditanggulangi oleh Jokowi, mulai dari intervensi PDIP terhadap kebijakan-kebijakan Jokowi, naik turunnya harga BBM yang macam main yoyo itu, dan masih banyak masalah-masalah lainnya yang membuat timbulnya sentimen negatif yang menghantam pasar, khususnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat yang krusial itu.

Saat ini banyak sekali Jokowi Lovers fanatik buta yang sekolah kurang itu, ngeles tingkat dewa dengan serangan balik, memangnya kalau Prabowo yang jadi Presiden maka nilai tukar rupiah terhadap Dollar tak akan tumbang rata dengan tanah? Aku jawab, belum tentu, boss. Tergantung polesan tangan dingin siapa dulu dong pemimpinnya.

Setelah Jokowi jadi Presiden, situasi dan kondisi negara ini bukannya menjadi semakin membaik, justru semakin kesini semakin parah saja. Kepercayaan Investor terhadap pemerintahan Jokowi yang sebelumnya sangat tinggi akhirnya hilang lenyap dihembus angin malam yang mencekam.

Dampaknya pun enggak tanggung-tanggung, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika akhirnya imbung seperti orang yang mabuk miras oplosan, sempat naik 12 ribuan, lalu turun sedikit dikisaran 11 ribuan, dan kini melenting tinggi ke awan-awan mencapai Rp 13,200. Ini adalah rekor yang paling gemilang sejak Krismon yang memporak-porandakkan Indonesia pada tahun 1998 yang silam. Layak masuk rekor MURI ini.

Harapan-harapan ansor (angin sorgawi) pada saat Kampanye dulu tak terbukti sama sekali alias hanya mimpi disiang bolong. Apalagi dulu Jokowi selalu janji disetiap kampanyenya bahwa ia dan Jusuf Kalla akan menaikan 7% perekonomian Indonesia. Sekarang mana buktinya? Ngemeng doang, bukan?

Padahal sudah cukup lama lho Jokowi jadi Presiden, namun seperti lagunya Endang S. Taurina, namun janji tinggal janji, bulan madu hanya mimpi. Yang ada justru hanya berantem melulu, salincakar-cakaran antara Polri vs KPK, DPR Vs Kabinet kerja, dan lain sebagainya. Masalah demi masalah terus silih berganti enggak ada matinya,

Masalah yang paling ngehe banget saat ini adalah tembusnya harga beras yang mencapai Rp 10 ribu/liter (ini rekor tertinggi sejak negara ini dipimpin oleh Soeharto) dimana Jokowi justru menuding adanya mafia beras supaya Indonesia impor beras lagi dari luar negeri. Akhirnya banyak orang yang bertanya-tanya kok negara ini sejak dipimpin Jokowi makin lama malah makin kacau saja. Bukannya kerja beresin masalah harga beras yangmencekik jakunnya rakyat kecil, malah nuding sana-sini bilang ada mafia beras segala.

Ternyata Jokowi Effect itu hanya sesaat saja, setelah itu enggak ngefek lagi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline