Lihat ke Halaman Asli

Jika Lawan yang diserang Pak JK Itu Kelas Bekicot Mungkin Sudah Modar

Diperbarui: 20 Juni 2015   04:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Prabowo Subianto memaparkan, kira-kira begini, kita ingin menjadi bangsa yang berdikari, bangsa yang berdiri di atas kakinya sendiri. Kita tak ingin menjadi bangsa yang hanya bisa menjadi pasar, kita tak ingin menjadi bangsa yang hanya bisa mengekspor tenaga kerja murah.

Negara kita kaya, seharusnya rakyat kita bisa makmur, tapi kekayaan kita justru terserap ke luar negeri. Untuk apa demokrasi bagus kalau ujung-ujungnya negeri kita miskin?

Dalam bahasa halusnya, Prabowo ingin menyampaikan begini; pilihan rakyat Indonesia saat ini hanya dua, pilih Presiden yang suka keluar masuk got dan selokan namun kita tetap miskin melarat karena kekayaan bangsa kita dikuras habis oleh asing, atau pilih pemimpin tegas dan berani yang mampu menjaga harga diri dan harkat bangsa dari tekanan negara-negara asing.

Cadas, bukan?

Prabowo memiliki style, penguasaan konsep kebangsaan, pemaparan konseptual yang riil. jelas makna yang tersirat. Sangat dalam memang, membangun aliena ke alinea berikut nya dalam setiap pemaparannya, angle yang unik, sarat gaya bahasa pleonasme.

Jokowi menggadang-gadangkan lelang jabatan secara terbuka, Prabowo bilang itu sama saja pemborosan dana APBN sebesar 13 Trilyun jika dibandingkan dengan melalui mekanisme pemilihan DPR. Sodokan yang tajam. Jawaban Jokowi pun bias dan ngambang dengan mata menerawang ke langit-langit.

Goyangannya Hatta Rajasa juga mantap, lebih halus, lebih santun, namun kata-katanya tajam menusuk jantung tembus sampai ke punggung. Beda dengan sikap Jokowi yang terlihat canggung, sampai-sampai contekannya, kertas A4 yang dilipat empat bagian itu, tanpa ia sadari nongol dengan sendirinya dari balik jasnya yang masih bau toko itu.

Kata orang, kertas itu berisi Doa. Doa kok dicatat? Doa itu diucapkan dalam hati, diyakini, dan diimani. Bukan dicatat di kertas. Apa manfaatnya mencatat doa? Tak ada sama sekali.

Jokowi jualan konsep E-Budgeting, E-Planning, E-Controlling, Pajak Online, Tanah Abang, Waduk Pluit, yang jelas-jelas ide gebrakannya Ahok, wakilnya di DKI itu, yang notabene adalah anak didiknya Prabowo Subianto, lawan debatnya malam itu.

Jokowi bilang hasil kerjanya sudah terbukti. Ia mengagul-agulkan dirinya yang keluar masuk pasar dan terminal, dekat dengan rakyat kecil. Kesombongan ini yang bikin aku tak suka dan muak. Bagiku, tanpa Ahok, Jokowi mati kutu di Jakarta ini.

Jokowi bukan memaparkan Visi dan Misi untuk negara, malah memaparkan Visi Misi Solo dan Jakarta. Mungkin Jokowi lupa, Indonesia ini bukan hanya Solo dan Jakarta saja. Ada 33 provinsi, 403 kabupaten, dan 94 kota diseluruh pelosok Indonesia yang harus Jokowi urus dan blusukan setiap hari jika Jokowi jadi Presiden.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline