Lihat ke Halaman Asli

Kenapa Orang Suka Bercanda dengan Musibah yang Menimpa Airasia?

Diperbarui: 6 Mei 2016   23:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebelumnya aku ucapkan turut berbelasungkawa dan berduka cita yang sedalam-dalamnya atas musibah yang dialami oleh para korban pesawat AirAsia QZ8501. Semoga arwah para korban di terima disisi-NYA di Sorga. Amal dan bhakti mereka selama di dunia yang fana ini diperhitungkan oleh Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta.

Ku ucapkan juga salut dan apresiasi yang setinggi-tingginya atas kerja keras dan kerja cepat tanpa kenal lelah dari tim Basarnas, TNI, Kepolisian, dan semua pihak terkait yang terlibat dalam upaya pencarian pesawat AirAisia. Hasil kerja keras dan respon yang cepat dari semua pihak akhirnya telah membuahkan hasil.

Kepada seluruh keluarga korban, semoga diberi kekuatan dan ketabahan menghadapi musibah yang memilukan ini. Tetap tawaqal tanpa menafikan kebesaran dan keagungan-Nya. Hidup didunia yang renta ini hanyalah titipan. Semuanya akan kembali dan berpulang kepada-Nya untuk mencapai tauhid atas kebesaran kuasa-Nya.

Hidup ini hanya sementara, dari debu kembali ke debu. Tuhan yang memberi nafas kehidupan, Tuhan pula yang merenggutnya. Setiap musibah yang datang dan pergi dalam hidup ini sesungguhnya adalah cara Tuhan menunjukkan keagungan-Nya, karena rancangan manusia bukanlah rancangan-Nya.

Kehilangan orang tua, anak, sanak keluarga dan handai taulan dalam suatu tragedi yang mengiris hati tentu saja bukanlah hal yang mudah dari sisi psikologis manusia. Prakteknya tak semudah bicara sekalipun mahkota hati adalah keikhlasan.

Ditengah kemalangan, hancurnya perasaan, masih ada yang tega bercanda dalam kemalangan. Sebejat-bejatnya manusia, sejatinya sisi kemanusiaan seseorang mestinya masih ada sisi kebaikan dalam diri manusia tanpa perlu hidup dalam gelimang lumpur delusi.

Kita ini manusia terdiri dari 3 (tiga) konsep yaitu tubuh, jiwa, dan roh. Tubuh baik, belum tentu jiwanya baik. Tubuh dan jiwa baik, tapi rohnya terikat oleh kuasa kegelapan. Tanpa kita sadari roh jahat selalu berada disekitar kita.

Hidup di dunia yang fana ini memang tak dapat dipungkiri lagi kita berhadapan dengan berbagai jenis manusia dengan ragam bentuk karakternya. Ada manusia yang bejat, ada pula manusia yang baik. Secara normatif, seringkali muncul sisi kejahatan manusia yang tak disadari oleh jiwa dan rohnya.

Kalau Anda mampu dan tanpa beban menghakimi, mencibir, dan canda tawa ditengah kemalangan orang lain, itu bisa dengan enteng Anda lakukan karena Anda belum pernah merasakan musibah yang meremukkan hati.

Kalau Anda sudah pernah mengalami peristiwa yang meluluh lantakkan hidup Anda, masih mampukah Anda mengangkat kepala Anda? Masih mampukah Anda bercanda ditengah derita dan kemalangan orang lain? Hidupmu adalah milikmu, Anda sendiri yang menentukan apa yang baik dan apa yang buruk, bukan orang lain.

Hidup ini adalah pilihan. Berpikirlah dan ungkapkan isi pikiran dengan bermartabat. You may want to learn about empathy, on how to grasp what is there, without being written with words, on what is written between the lines.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline