Kata Riya berasal dari Ruyat yang bermakna menunjukkan atau memperlihatkan suatu perbuatan. Maksud manusia di balik perbuatan Riya ini adalah untuk menarik orang kepadanya. Dia melakukannya dengan berbagai cara:
1.Dengan perbuatan atau tindakannya. Misalnya, dia memperlama sholatnya atau menampakkan kekhusyukan.
2.Dengan perkataan, Misalnya” Dalarn nasihat dan khotbah dia berusaha menarik orang lain kepada pribadinya
3.Ada kalanya, dia menampakkan wajah seperti wajah orang yang terus terjaga sepanjang malam untuk beribadah. Terkadang dia memperagakan dirinya sedemikian rupa se-hingga tampak penuh perhatian kepada Islam dan kaum Muslim. Tak ada keraguan bahwa semua ini memang mempunyai aspek ibadah, karena ada beberapa hadits dan ayat yang berkenaan dengan-nya. Dalam kitab Urwatul Wutsqa, pada bab tentang wudu, Almarhum Sayyid Muhammad Kaanim Thabathaba'i mengutip harnpir sepuluh macam riya. Berikut ini beberapa di antaranya:
1.Maksud dari berbuat baik hanyalah untuk memamerkan diri kepada orang.
2.Perbuatan itu dimaksudkan untuk mendapat baik pahala Tuhan maupun pamer, akan tetapi yang kedua lebih besar daripada yang pertama.
3.Kedua niat tersebut untuk mendapat pahala Tuhan dan pamer setara, dan masing-masing niat itu dapat mendorongnya berbuat baik.
4.Dia mempunyai niat baik pamer maupun mendapatkan ridha Tuhan, narnun harapan untuk mendapatkan ridha Tuhan lebih besar.
Larangan Riya dalam Al Qu’ran.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir". (Q.S. Al Baqarah ayat 264). Hal yang patut diperhatikan dalam ayat ini: 1.Dari kalimat janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu, kita diberi petunjuk bahwa sebagian amal perbuatan dapat menghilangkan pahala amal soleh, dan inilah ‘ihbat (amal yang sia-sia).
2.Perumpamaan amal yang bersifat munafik, yaitu seperti sebuah batu yang di bawahya terdapat lapisan tanah. Perumpamaan ini sangat bermakna, sebab orang-orang munafik menyembunyikan kekasaran dan kekosongan dalam batin mereka dengan tampak lahir yang menunjukkan kebajikan dan kemurahan hati. Mereka melakukan amalan-amalan yang tidak mempunyai pondasi yang kokoh. Kejadian-kejadian dalam kehidupan mereka sehari-hari akan segera merobek tirai yang menyelubungi batinnya. “Wallahu A'lam”
Kata Riya berasal dari Ruyat yang bermakna menunjukkan atau memperlihatkan suatu perbuatan. Maksud manusia di balik perbuatan Riya ini adalah untuk menarik orang kepadanya. Dia melakukannya dengan berbagai cara:
1.Dengan perbuatan atau tindakannya. Misalnya, dia memperlama sholatnya atau menampakkan kekhusyukan.
2.Dengan perkataan, Misalnya" Dalarn nasihat dan khotbah dia berusaha menarik orang lain kepada pribadinya
3.Ada kalanya, dia menampakkan wajah seperti wajah orang yang terus terjaga sepanjang malam untuk beribadah. Terkadang dia memperagakan dirinya sedemikian rupa se-hingga tampak penuh perhatian kepada Islam dan kaum Muslim. Tak ada keraguan bahwa semua ini memang mempunyai aspek ibadah, karena ada beberapa hadits dan ayat yang berkenaan dengan-nya. Dalam kitab Urwatul Wutsqa, pada bab tentang wudu, Almarhum Sayyid Muhammad Kaanim Thabathaba'i mengutip harnpir sepuluh macam riya. Berikut ini beberapa di antaranya:
1.Maksud dari berbuat baik hanyalah untuk memamerkan diri kepada orang.
2.Perbuatan itu dimaksudkan untuk mendapat baik pahala Tuhan maupun pamer, akan tetapi yang kedua lebih besar daripada yang pertama.
3.Kedua niat tersebut untuk mendapat pahala Tuhan dan pamer setara, dan masing-masing niat itu dapat mendorongnya berbuat baik.
4.Dia mempunyai niat baik pamer maupun mendapatkan ridha Tuhan, narnun harapan untuk mendapatkan ridha Tuhan lebih besar.
Larangan Riya dalam Al Qu'ran.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir". (Q.S. Al Baqarah ayat 264). Hal yang patut diperhatikan dalam ayat ini: 1.Dari kalimat janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu, kita diberi petunjuk bahwa sebagian amal perbuatan dapat menghilangkan pahala amal soleh, dan inilah 'ihbat (amal yang sia-sia).