Lihat ke Halaman Asli

Mawadda Warahmah

Language Learners

Mendaki dengan Stoikisme, Perjalanan ke Gunung Tanggung

Diperbarui: 30 November 2024   17:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Personal Archive

Kita sering kali dihadapkan pada situasi yang tak terduga, di mana kenyataan tidak selalu sesuai dengan harapan kita.

Saya ingin berbagi sedikit cerita tentang perjalanan menuju Gunung Tanggung 1458 MDPL, yang terletak di Kecamatan Pasuruan, Jawa Timur.

Ajakan untuk mendaki datang secara mendadak, hanya sehari sebelum keberangkatan. Tanpa pikir panjang, saya mengajak teman saya untuk bergabung.

Pada hari H, kami berangkat dari titik kumpul di Singosari sekitar pukul 1 pagi. Kami menggunakan lima motor, dengan satu motor di depan sebagai pemandu perjalanan, yang mengikuti peta untuk mencapai tujuan. Kami dihadapkan pada dua rute: rute cepat dan rute lambat.

Perjalanan kami mulai memasuki jalan yang rusak, yang merupakan jalan kebun. Kami sempat ragu apakah sebaiknya melanjutkan perjalanan atau berbalik arah, karena jalan yang rusak cukup panjang. Jika kami memilih melanjutkan, kami harus menempuh jalur bebatuan sepanjang 800 meter.

Kondisi jalan malam itu sangat menantang bebatuan tajam dan tanjakan curam. Ditambah, hujan yang turun sejak pagi membuat jalan menjadi becek. Meski hujan sudah berhenti saat kami melintasi jalur bebatuan, tanjakan, jalan tetap licin dan penuh lumpur.

Pengorbanan kami malam itu terasa sangat berat, penuh perjuangan. 400 meter perjalanan sudah berhasil dilalui, namun masih ada 400 meter lagi yang harus ditempuh. Motor yang kami naiki hampir terjungkal karena licinnya batu-batu di jalan, sementara beberapa teman terpaksa mendorong motor mereka karena tak sanggup melaju sendiri.

Kami pun berhenti sejenak untuk beristirahat, melepas lelah dan meredakan pegal di tangan, serta memberi kesempatan motor yang berasap untuk mendingin.

Setelah 400 meter berikutnya, kami akhirnya tiba di jalan yang lebih baik jalan desa yang alhamdulillah sudah mulus. Kami melanjutkan perjalanan dan beberapa menit kemudian tiba di basecamp pendakian.

Di situasi seperti ini, siapa yang seharusnya kita salahkan? Apakah kita akan menyalahkan teman yang memandu perjalanan? Atau menyalahkan diri sendiri karena tidak mempersiapkan dengan lebih baik?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline