Lihat ke Halaman Asli

Tren Gaya Hidup Selebriti Masa Kini: Hedonisme yang Dibangun dari Media Sosial

Diperbarui: 8 Desember 2021   13:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"Uang belum pernah membuat seseorang bahagia, begitu pula halnya. Makin banyak yang dimiliki seseorang, makin banyak yang dia inginkan. Alih-alih mengisi ruang hampa, itu membuatnya semakin hampa." - Benjamin Franklin

Kalian mungkin sering melihat bagaimana masyarakat di masa kini sangat suka menghambur-hamburkan uang. Sebagai contoh, salah satu artis yang berinisial "R" mengunggah kekayaannya di media sosial, youtube, dan program TV, memang mungkin sebagian artis bermaksud untuk menunjukkan hasil jerih payah mereka dan bermaksud untuk memotivasi masyarakat, tapi hal ini terkadang banyak menuai perbincangan di kalangan masyarakat sebab dianggap sebagai ajang memamerkan harta kekayaan. 

Mereka bahkan sama-sama berkunjung ke rumah satu sama lain hanya untuk mempertontonkan harta dan kekayaannya kepada masyarakat. 

Barang-barang yang ditunjukkannya pun tidaklah murah, mereka menunjukkan koleksi mobil mewah yang berharga milyaran rupiah, lalu tas yang berharga ratusan juta rupiah, bahkan hal-hal kecil seperti ikat rambut yang bisa mencapai jutaan rupiah.

Mengapa di masa kini memamerkan kekayaan menjadi hal yang lumrah, bukankah itu malah justru bisa menjadi contoh buruk bagi masyarakat terutama kalangan remaja dalam menggunakan uang. 

Mulai terlihat di social media banyak sekali anak-anak remaja yang terpengaruh dengan perilaku para public figure yang suka menghambur hamburkan uang. 

Memang uang tersebut mereka peroleh atas dasar usaha mereka sendiri, namun dengan gaya hidup konsumtif dan hedonis memiliki dampak yang besar terhadap ekonomi negara.

Gaya hidup konsumtif merupakan gaya hidup dimana seseorang membeli suatu barang atau jasa secara berlebihan dengan mengutamakan keinginannya daripada kebutuhannya, yang akan menyebabkan pemborosan secara ekonomi. 

Perilaku konsumtif biasanya tidak memiliki skala prioritas atau dapat diartikan sebagai gaya hidup yang mewah. Faktor yang memicu terjadinya gaya hidup konsumtif adalah faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis. 

Saat ini, para produsen mengetahui bagaimana masyarakat mudah terpengaruhi oleh media sosial atau gaya hidup para artis oleh karena itu ketertarikan pada suatu barang akan lebih tinggi dan akan mudah tergiur dengan iklan yang disajikan tanpa memiliki sifat untuk mengendalikan dana yang mereka miliki oleh sebab itu barang yang sebenarnya tidak penting akan tetapi mereka beli hanya untuk bisa dianggap eksis dan keren di lingkungannya. 

Selain memiliki dampak bagi diri sendiri dan lingkungan, perilaku konsumtif juga bisa berdampak besar bagi ekonomi negara. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline