Lihat ke Halaman Asli

Dua Pasang Sepatu

Diperbarui: 25 Oktober 2023   13:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hingga sekarang aku masih menyimpan cerita ini. Yaa cerita tentang aku dan dua pasang sepatu yang mana aku adalah salah satu pemiliknya.

Pada hari itu, aku melakukan aktifitas harianku seperti biasanya. Aku bangun pukul 5 pagi dengan dilanjutkan sholat subuh dan juga tadarus. Setelahnya, aku melanjutkan aktifitasku untuk bersiap-siap menuju tempat kerja. Aku berangkat dengan perasaan penuh gembira dan ceria, hari itu berjalan dengan seperti biasanya tanpa ada yang aneh, rasanya sangat bersemangat untuk siap bekerja hari itu. Tiba-tiba aku menyadari suatu hal yang berbeda dari diriku. "Ko kakiku sakit ya?" ujarku dalam hati. "Ah mungkin hanya kram sedikit." Aku tak berpikir banyak tantang kakiku yang sudah mengirimkan sinyal. Yang ada dalam pikiranku adalah aku harus segera sampai pada tujuan. Sesampainya pada tujuanku, yaitu sebuah kios kecil dengan dipenuhi bunga-bunga indah nan harum. Ini yang membuat aku sangat mencintai pekerjaanku, aku bisa mencium bunga yang indah ini setiap harinya, aku bisa menatap mereka sepanjang hariku, menemaniku yang kesepian. Terdengar aneh memang aku memanggil diriku ini kesepian, orang-orang disekitarku takkan pernah mengira bahwa jiwaku yang penuh dengan canda tawa ini merasa sepi. Coba bayangkan, bagaimana aku tidak sepi? Aku ini hidup sendiri lho, hidup sendiri jauh dari orangtuaku yang terpisah bermil-mil jauhnya. Tapi itu bukanlah masalah besar bagiku, tujuanku adalah akan terus membuat mereka tersenyum dengan hasil keringatku sendiri.

Baiklah cukup untuk menceritakan sedikit aktifitasku, tak terasa aku sudah menghabiskan separuh waktuku dalam sehari untuk menjaga toko ini, saatnya aku tutup! Setelah beberes toko, aku bergegas untuk pulang ke rumah untuk beristirahat. Jarak dari toko ke rumahku hanya memakan waktu 15 menit dengan berjalan kaki. Di menit ke 9 aku berjalan, hujan turun begitu derasnya hingga sedikit membasahi kerudung dan rompi cokelatku. "Wahh alhamdulillahh". Aku menyambut hujan ini dengan suka cita. Aku selalu suka hujan. Apapun alasannya, walaupun hujan menahanku disini, tapi aku suka. Aku suka menatap setiap tetesan berkat yang turun ke Bumi ini. Aku suka baunya, aku suka gemericiknya yang merdu mengalahkan kemerduan nada apapun. Karena dari hujan, aku banyak belajar. Karena hujan, aku punya harapan. Karena hujan, aku punya kenangan. Kenangan tentang seseorang yang datang saat hujan pula.

Ditengah-tengah aku menunggu hujan reda. Aku memperhatikan sepatuku, aku baru ingat bahwa kakiku tadi merasa sakit, aku tau penyebabnya! Ternyata sepatuku yang sudah sempit sampai-sampai ibu jari kakiku mengintip keluar. Huft kenapa harus sekarang yaa? Akhirnya, terpaksa kulepas sepatunya untuk kemudian aku tenteng. Tak lama, datang seseorang dengang napas terengah-engah berlari disampingku, sepertinya ia menghindari hujan. Tapi, siapa tau?

"Permisi ya mbak, aku ikut neduh bareng" (ditutup dengan senyuman yang membuat hatiku bergetar)

"Oh ya, silahkan" Jawabku singkat.

Kami tidak melanjutkan percakapan kecil itu, berlarut dalam alunan hujan. Hingga sampai seseorang itu memulai obrolan lagi.

"Sepatunya basah mbak?" Tanyanya.

"Oh, tidak "

"Terus? "tanyanya lagi.

Kenapa ya orang ini kepo sekali, ya terserah aku dong mau pakai sepatu atau tidak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline