Lihat ke Halaman Asli

Maulida Nafeesa

Pena generasi cerdas

Sumur Ide di Hari Kedua Revowriter

Diperbarui: 18 September 2020   23:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Selang beberapa jam kelas materi kedua Revowriter, disaat itu tugas baru dikumpulkan. Kebiasaan yang melekat dari semenjak kuliah, mengerjakan dan mengumpulkan tugas di waktu terakhir. Sebenarnya kebiasaan ini tak baik untuk dicontoh karena sifat tergesa-gesa itu sifatnya setan. Namun kebiasaan ini juga yang membuat ide keluar disaat waktu sempit.

Kalau materi pertama Revowriter, semua peserta dikuatkan pada mengapa kita menulis maka materi kedua diajak cikgu Asri untuk menggali sumur ide yang akan kita tulis. Agar penulis pemula tidak berlarut dengan pikiran kosong depan gawai atau laptop yang akhirnya tulisan selalu dihapus, selalu bersambung dan tak pernah berujung pada kepastian kapan diposting.

Cikgu Asri menjelaskan 9 poin kendala penulis pemula yang semuanya nyata dialami oleh penulis. Rasa tersipu malu diiringi senyuman kecil sambil berbicara dalam hati "Ya ampun aku banget ini". Kendala itu bagaikan tembok tinggi yang menghalangi arah jalan yang lurus kedepan. Semua penulis pemula pasti menghadapinya dan memiliki pilihan. Pilihan untuk pasrah dibalik tembok atau mendobrak tembok tinggi itu agar dapat melanjutkan jalan. Kebanyakan mereka yang pasrah dibalik tembok bukan tidak berusaha tapi banyak melakukan pemakluman ketika kendala menulis melanda. Faktanya pemakluman terhadap diri sendiri itu zona nyaman terindah bagi penulis pemula.
 
Teringat saat pulang sekolah sewaktu SD (Sekolah Dasar) dan MTs (Madrasah Tsanawiyah) selalu menghampiri abang mainan dan memilih sampul diary yang paling bagus dan imut. Pada zaman itu, anak remaja memang memiliki hobi menulis diary bahkan sampai ada gembok dan kuncinya. Sebuah kebiasaan yang bagus bagi calon penulis. Buku diary ditulis dengan lepas tanpa memperhatikan tatanan bahasa dan lebih kepada curahan isi hati. Sumber ide untuk menulis diarypun bisa dari mana saja entah pengalaman, hasil cerita sama teman, dll. Seiring waktu, hobi dan kebiasaan remaja menulis diarypun sirna. Kemajuan digital lebih membuat sibuk dengan baca komentar, bermain games dan menonton.

Cikgu Asri meingatkan bahwa mencari ide itu mudah karena ide itu hanya membutuhkan kepekaan dengan fenomena disekitar. Lantas mengapa sekarang kita binggung dengan ide? Apa dulu saat zamannya menulis diary, tingkat kepekaan kita tinggi dan sekarang sudah ga peka dan rasa empati dengan sekitar lingkungan berkurang.

Di materi kedua ini, cikgu Asri menjelaskan 6 poin sumur ide yang ternyata mudah untuk ditemukan. Intinya ide itu bisa umum, menanggapi headline media massa atau yang sedang viral, ide yang antimainstream dll. Jadi tidak usah takut menulis, apapun idenya tuliskan. Walaupun pengalaman itu sepele terkadang meinspirasi orang lain yang membacanya. Maka bagi penulis pemula banyak-banyak menulis karena sangat mempengaruhi kemahiran.

#PR3kelasbasic
#revowriter28
#kelasmenulisonline

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline