Tahun 2020 diawali dengan bencana yang tidak terduga dan luar biasa dahsyatnya. Hujan yang terus menerus turun tidak hanya melanda ibu kota negara maupun wilayah jabotabek saja, melainkan juga di bagian lain kepulauan Indonesia, sebagian Pulau Kalimantan salah satunya. Berbagai faktor penyebab menjadi 'kambing hitam'nya, antara lain menggunungnya sampah, banyaknya bangunan yang menggusur hutan dan ekosistem, buntu bahkan tidak tersedianya saluran air yang memadai, banjir kiriman, yang kalo kita perhatikan satu persatu, kesemua faktor tersebut disebabkan oleh kita, manusia.
Seluruh komponen turut bersumbangsih dalam masalah banjir ini, baik dipandang dari sudut regulator, pelaksana teknis maupun masyarakat umum sebagai pengguna. Semua dapat menjadi korban akibat kelalaian dan ketidakpedulian kita terhadap kelestarian lingkungan. Banjir tidak memihak hanya kepada orang-orang yang, maaf, tinggal di pinggir kali, di daerah kumuh, tetapi juga telah merambah ke kawasan elit yang garasinya dipenuhi mobil mewah dan perumahan bertingkat nan megah. Sungguh, banjir tidak pandang bulu.
Kali ini saya tidak akan menyoroti tentang bagaimana semestinya menanggulangi banjir. Para pakar, ahli, dan pengamat di bidang ini telah banyak berpendapat dan mengeluarkan buah pikiran mereka di berbagai media massa.
Mari kita sharing terkait bantuan yang sering disalurkan kepada korban bencana alam. Bangsa Indonesia dikenal dengan bangsa yang memiliki jiwa kebersamaan dan soludaritas yang tinggi. Tidak pakai lama, begitu ada kejadian bencana, bantuan begitu banyak dan begitu cepat mengalir.
Bantuan yang diberikan bermacam-macam bentuknya, baik jasa maupun barang, seperti uang, pakaian, selimut, sendal, sepatu, makanan, minuman dan obat-obatan. Untuk obat-obatan, sangat diyakini obat berasal dari instansi pemerintah yang berwenang sehingga obat yang diberikan tentunya obat yang telah terjamin keamanan dan mutunya. B
Bagaimana dengan makanan dan minuman?
Walaupun tidak sedahsyat obat efek negatifnya, namun jika makanan dan minuman yang diberikan kepada korban bencana tidak aman, tentunya akan menjadi masalah tersendiri karena berpotensi berbahaya bagi kesehatan. Jadi hendaknya, siapapun yang ingin menyumbang makanan minuman perlu juga diperhatikan dan dicek apakah produk yang akan disalurkan itu aman dan bermanfaat.
Kalau bermanfaat, pasti bermanfaat, karena makanan dan minuman dapat menghilangkan haus dan lapar. Tapi ingat, makanan dan minuman tidak hanya sekedar bermanfaat. Kenyang tapi ujung-ujungnya sakit, bagaimana?
Apa kriteria makanan minuman aman? Yuk kita cek.. (1). Untuk makanan minuman kemasan yang dijual di pasaran dan tidak rusak lebih dari 7 hari, maka produk harus terdaftar di BPOM atau Dinas Kesehatan (kodenya P-IRT) jika itu produk industri rumah tamgga. (2). Lihat di kemasan, apakah lengkap informasi labelnya, yang memuat nomor izin edar, nama pabrik, nama produk, kode produksi, komposisi dan ED. (3). Terkait ED, expired date, tanggal kadaluarsa, harus dicek dengan teliti apakah telah melewati batas atau belum.
Jika telah melewati tanggal kadaluarsa yang tercantum di kemasan, makanan dan minuman tidak aman lagi untuk dikonsumsi dan kualitasnya juga telah berkurang. Alih-alih sehat, justru malah dapat menjadi sumber penyakit bagi tubuh kita.
Jika yang diberikan adalah makanan olahan yang cepat basi seperti misalnya kue basah dan makanan siap saji, jika makanan itu berwarna hendaknya dipilih warnanya yang tidak mencolok, biasanya warna mencolok berasal dari pewarna tekstil berbahaya yang kegunaannya bukan untuk pangan.