Lihat ke Halaman Asli

Maulisa Icha

Pemberdayaan Masyarakat Tingkat Tapak

Olah Produk Turunan di Lahan Gambut, Ibu-ibu Kelompok Dampingan Lembaga Gemawan Sulap Jengkol Menjadi Kuliner Bernilai Ekonomi

Diperbarui: 10 Maret 2022   11:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Proses Penjemuran Kerupuk Jengkol

Sudah hampir satu tahun belakangan ini, kelompok perempuan Delima, Sumber Rezeki dan Anggrek yang merupakan kelompok perempuan dampingan Lembaga Gemawan di Kecamatan Seponti, Kabupaten Kayong Utara, Provinsi Kalimantan Barat, mulai konsen melakukan pengolahan komoditas turunan hasil pertanian dari buah jengkol. Buah jengkol ini kemudian mereka olah menjadi kerupuk jengkol dan emping jengkol.


Kebetulan, buah dengan aroma yang sangat menyengat ini sangat mudah dijumpai di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka, yang mayoritas lahannya adalah lahan gambut.


Bila musim panen tiba, menurut informasi dari ibu-ibu ini, satu pohonnya terkadang bisa menghasilkan panen hingga 1 kuintal. Sayangnya harga jual yang didapat dirasakan tidak sepadan dengan biaya yang telah mereka keluarkan, bahkan hanya untuk memetik buah dan mengangkut hasil panen. Alhasil terkadang buah yang seharusnya sudah masuk musim petik dibiarkan gugur dan membusuk. Terkadang juga dibagi-bagi ke tetangga terdekat. Atau bahkan bila ada pengepul yang bersedia memanjat sendiri malahan dengan senang hati mereka terima meskipun harga yang dibayar ala kadarnya, rerata di hargai Rp700.  sampai Rp800. rupiah per kilo. Namun demikian mereka mengaku sudah cukup senang, setidaknya masih dapat menikmati pundi-pundi rupiah dari buah jengkol mereka.


Kondisi inilah yang kemudian memaksa para ibu-ibu untuk mencari cara agar nilai jual dari buah jengkol tetap stabil dan bila dimungkinan bisa lebih dari itu.
Akhirnya setelah melakukan diskusi dan mencari sumber informasi dari berbagi media yang ada terkait produk yang akan mereka olah ini, bersama fasilitator dari Gemawan, mereka kemudian memberanikan diri mencoba membuat kerupuk jengkol dan emping engkol. Dan tentunya inovasi yang dilakukan ini ternayata tidak sekali, namun harus berkali-kali sampai dirasakan mendapatkankan komposisi dan teknik yang tepat untuk resep mereka.


Setelah di produksi, mereka kemudian melakukan test pasar untuk mendapatkan penilaian dari calon konsumen atas produk mereka.  Tentunya hal Ini sangat membantu sekali karena mereka bisa mendapatkan infomrasi, saran dan keritik atas kelebihan dan kekurangan produk mereka agar dapat ditingkatkan lagi kualitasnya, baik dari aspek produk, kemasan, label, harga, packing dan sebagainya.


Perlahan, berkat kerja keras, inovasi yang tiada henti, akhirnya produk mereka mulai diproduksi secara kontinyu dan dipasarkan hingga ke luar daerah. Meskipun masih dikerjakan dalam skala rumah tangga namun ternyata hasilnya dapat membantu menopang ekonomi keluraga mereka. Bahkan terakhir ini, mereka sudah dapat mengantongi sertifikasi HALAL dari LP POM MUI Provinsi Kalbar.


Tentunya inovasi yang sudah mereka lakukan ini sejatinya tidak boleh berhenti sampai disini dan mereka berharap masih ingin mengembangkan lagi produk turunan lainnya yang kebetulan keberadaannya cukup melimpah di sekitar mereka.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline