Masa lalu. Jika ada yang bertanya padaku tentang tempat terbaik yang pernah aku kunjungi, bolehkah aku jawab masa lalu? Bukan tentang rasa sakit di masa itu, bukan pula tentang pedihnya pengharapan apalagi besarnya kekecewaan. Tapi ini tentang cerita pada masanya yang aku rindukan. Pada masa itu jugalah aku belum tahu jika menjadi dewasa ternyata memang sesulit ini.
Tuhan, aku tahu tidak ada yang bisa kembali lagi ke masa itu. Iya, kembali ke masa lalu adalah sesuatu yang sangat-sangat mustahil bahkan tidak akan mungkin terjadi. Tapi boleh kukatakan beberapa hal?
Aku kangen. Kangen masa kecil dulu, kangen dengan gaya hidup manusia yang dulu, kangen dengan tontonan-tontonan yang berkualitas dan mendidik yang ada di televisi, kangen menghabiskan waktu tidur siang dengan bertualang kesana kemari, mencari jambu ataupun jeruti ke sawah para petani (astaga, ternyata aku pernah menjadi pencuri pada masanya, haha). Eh, satu lagi. Aku kangen ikut ataupun hanya menyaksikan anak-anak seusiaku yang asyik bermain dengan teman-teman yang lain. Sampai-sampai ada yang lupa pulang, mandi pun jarang, kadang harus dipaksa. Kalau tidak mengeluarkan air mata, selembar kertas atau bisa jadi permen dan coklat yang dikeluarkan orang tua untuk membujuk anak-anaknya.
Ah ... membayangkannya saja rasa hati begitu bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H