Namaku Raditiya. Bocah yang berumur 6 tahun sama seperti kalian. Hari ini aku libur sekolah. Aku habiskan membantu ibu membersihkan rumah, apa saja yang aku bisa lakukan kulakukan, mengelap kaca, mengambil sampah di sela-sela sofa atau di belakang lemari. Sampai akhirnya aku menemukan sebuah kotak kecil berisi pulpen berwarna coklat kusam dan berdebu.
"Ibu. Adit nemu ini," seruku berjalan menuju Ibu yang sedang merapikan buku-buku di rak buku.
"Radit dapat dimana?" tanya ibuku. Dengan senyum dan terharu. Aku menunjuk lemari kayu.
Ibu senyum-senyum sambil menatap pulpen berwarna coklat kusam itu "Pulpen ini punya kakekmu, Dit. Berkat pulpen ini Indonesia mendapatkan kemerdekaannya di mata dunia," cerita ibuku.
Aku tak tau persis seperti apa kakek sebenarnya. Darikata ibu barusan dapatku mengerti bahwa Indonesia punya jasa kepada kakekku lewat tulisan.
"Radit. Pengen dengar cerita kakek, boleh?".
Ibu tersenyum senang "Malam nanti sebelum Radit tidur ibu ceritaain kehidupan kakekmu yang berjasa atas negeri ini" kata Ibu sambil mencubit hidungku.
Setiap malam sebelum tidur Ibu menceritakan kehidupan kakek. Kakekku seorang seorang penulis handal, ia sejumlah sejarah Indonesia yang orang tak pernah lupakan. Kamu tau kemerdekaan Indonesia? Kakekku yang menulis berita dan disiarkan ke seluruh dunia.
Kata Ibu, kakek setiap saat suka membaca setiap saat suka menulis. Kakek memiliki banyak koleksi buku-buku disimpan dirumahnya. Pada suatu ketika orang-0rang Belanda menangkap kakek semua buku-buku milik kakek di bakar tidak ada yang tersisa di rumahnya.
Aku terkejut, begitu beratnya ya menjadi pahlawan untuk negara ini. Tapi, dari cerita kakek aku ingin menjadi seperti dia yang bisa mengenalkan Indonesia seseorang lewat tulisan. Walaupun orang tidak mengenal kakek seperti apa.