Lihat ke Halaman Asli

Maulidya Dian Nugraha

Mahasiswan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Menelusuri Tujuan Retorika Dakwah

Diperbarui: 29 Juni 2024   11:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Oleh: Syamsul Yakin dan Maulidya Dian Nugraha

Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tujan dakwah tercantum dala Q.S Ali-Imran ayat 104 yang artinya "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung" (QS. Ali Imran/3: 104).

Kemudian selanjutnya ada pada sural Ali Imran ayat 104 yang artinya, "Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, karena kalian menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka.Di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik" (QS. Ali Imran/3:104)

Nabi juga meriwayatkan sebuah hadis yaitu, "Barangsiapa yang melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman" (HR. Muslim).

Dalam retorika, terdapat tiga tujuan dari segi isi pesan yang disampaikan: informatif, persuasif, dan rekreatif. Selain itu, bisa ditambahkan tujuan edukatif dan advokatif. Kelima tujuan ini relevan dalam konteks dakwah, seperti amar ma'ruf dan nahi mungkar, yang mencakup aspek informatif, persuasif, rekreatif, edukatif, dan advokatif.

Dari segi cara menyampaikan pesan, retorika memiliki minimal dua tujuan: monologika dan dialogika. Monologika berfokus pada gaya bicara searah, seperti dalam pidato, ceramah, atau khutbah. Sementara dialogika menekankan gaya bicara dua arah, seperti yang sering digunakan dalam dakwah Nabi.

Dalam dakwah Nabi, banyak riwayat yang menunjukkan pendekatan dialogis. Dalam kitab Fathush Shamad, terdapat sebuah hadits dari Ibnu Umar yang menceritakan bahwa dalam suatu perjalanan, kami bersama Rasulullah. Tiba-tiba, seorang Arab pedalaman mendekat ke arah Nabi. Rasulullah memulai dialog dengan bertanya, "Wahai kisanak, kamu hendak kemana?" Orang tersebut menjawab bahwa ia hendak pulang ke keluarganya. Rasulullah melanjutkan dengan bertanya, "Apakah kisanak menginginkan kebaikan?" Orang tersebut balik bertanya, "Apakah itu?"

Nabi menjelaskan bahwa "kamu harus bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan rasul-Nya" Namun, orang tersebut meminta bukti " Siapa saja yang bersaksi kepadamu untuk (membenarkan) hal tersebut. Dengan cepat, Nabi menjawab bahwa pohon atau buah di sekitar mereka akan bersaksi.

Sebuah pohon yang berada di tepi jurang mendekat ke arah Nabi atas perintah Allah, kemudian Nabi bersyahadat tiga kali, lalu pohon tersebut juga bersyahadat seperti yang dilakukan Nabi. Setelah itu, pohon kembali ke tempat asalnya setelah bersyahadat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline