Hubungan teman sebaya memainkan peran penting dalam kehidupan kaum muda. Hubungan teman sebaya ini berfokus pada bagaimana seseorang dapat tertarik ke dalam persahabatan dengan teman-teman dengan usia, latar belakang, atau nasib yang sama. Hubungan ini dapat tumbuh untuk lebih dekat dan juga memberikan kenyamanan dan kepercayaan antar teman sebayanya.
Sebuah penelitian menjelaskan tentang sebuah analisis hubungan teman sebaya, yaitu meminta anak untuk mengatakan seberapa suka atau tidak suka nya masing-masing teman sekelas nya. Dari pengukuran tersebut, diperoleh lima status teman sebaya sebagai berikut :
- Anak populer,
- Anak biasa,
- Anak terlantar,
- Anak tertolak,
- Anak kontroversial.
dengan diperolehnya data tersebut, para analisis menyimpulkan anak-anak populer memiliki keterampilan sosial yang berbeda (membantu mereka), sedangkan anak-anak yang menolak teman sebaya, mereka cenderung kurang terlibat dalam kelas, dan lebih cenderung mengungkapkan keinginan untuk menghindari sekolah dan merasa kesepian daripada anak-anak yang diterima oleh teman sebayanya. John coie memberikan tiga alasan mengapa anak-anak yang agresif memiliki masalah dalam hubungan sosial. semua alasan ini adalah sebagai berikut :
- anak-anak agresif yang ditolak lebih cenderung terlibat dalam kegiatan kelas dan permainan kelompok
- anak-anak agresif yang ditinggalkan lebih reaktif secara emosional. dimana kemarahan mereka lebih mudah keluar dan lebih sulit bagi mereka untuk tenang saat marah. karena itu, mereka lebih cenderung marah kepada teman sebayanya dengan menyerang secara verbal dan fisik
- anak terlantar kurang memiliki keterampilan sosial untuk berteman dan memelihara hubungan yang positif dengan teman sebaya nya.
Oleh karena itu, teman sebaya memegang peran penting dalam lingkungan sosial terutama bagi perkembangan kepribadian seorang anak dimana peran ini menjadi semakin penting terutama dalam perjalanan perubahan struktural masyarakat dalam beberapa dekade terakhir ini, yaitu :
- Perubahan struktur keluarga dari keluarga besar menjadi keluarga kecil,
- Kesenjangan antara generasi tua dan muda,
- Berkembangnya jaringan komunikasi antar remaja,
- Lama nya masuk ke masyarakat dewasa atau penundaan.
dengan adanya perubahan-perubahan tersebut, hubungan teman sebaya menciptakan hubungan saling percaya antar teman sebaya. Hubungan ini dapat menyebabkan anak muda lebih mempercayai teman sebaya nya daripada orang tua mereka. Namun, dengan begitu seorang anak tetap membutuhkan bimbingan dari orang tua apalagi saat dihadapkan pada masalah yang akut. karena sejauh-jauhnya anak terhadap orang tua nya, orang tua lah tetap menjadi tempat kembali mereka. untuk itu, peran peer merupakan aktor strategis dan penting untuk membimbing dan mengarahkan kehidupan kaum muda. Lalu, bagaimana sih pengaruh teman sebaya terhadap perkembangan anak ?, dan apa itu teman sebaya ?
Teman sebaya adalah teman diantara orang- orang yang usia nya relatif sama.
Teman sebaya juga dapat diartikan sebagai teman dengan ikatan emosional yang kuat, dan dapat berinteraksi, bergaul, berbagi ide/pengalaman untuk membawa perubahan dan perkembangan dalam kehidupan sosial dan pribadi.
Selain itu, hubungan teman sebaya pada perkembangan anak dapat kita ketahui, sebagai berikut:
Pada usia 5 tahun, anak-anak menghabiskan lebih banyak waktu bermain dengan teman sebaya nya baik sesama jenis kelamin ataupun lawan jenis, dengan kualitas prefensi ini perkembangan hubungan teman sebaya anak terus meningkat pada anak usia dini. selain itu, banyak anak pra sekolah menghabiskan banyak waktu dalam interaksi dengan teman sebaya nya, berbicara, bernegoisasi, berdebat dan setuju dengan teman bermain tentang peran dan aturan bermain.
dan ketika mereka masuk sekolah dasar, timbal balik antar teman sebaya semakin tinggi dan sangat penting dalam hubungan teman sebaya nya karena dengan anak-anak bermain, berkumpul, dan berteman hingga berusia 12 tahun prefensi mereka terhadap kelompok sebaya semakin meningkat. dimana pada beberapa usia, waktu yang dihabiskan anak-anak untuk berinteraksi dengan teman sebaya nya meningkat 10% pada usia 2 tahun, 20% pada usia 4 tahun, dan lebih dari 40% pada usia 7 tahun dan 11 tahun dan ada juga perubahan penting pada akhir masa kanak-kanak yakni pertambahan jumlah anggota kelompok sebaya dan interaksinya dengan pengawasan orang dewasa yang kurang.
dengan banyaknya interaksi di sekolah dasar , teman sebaya sendiri tidak terbatas pada jenis kelamin tertentu. bahkan teman sebaya sering ditemukan yang anggotanya berbeda jenis kelamin yang terdiri dari anak laki-laki dan perempuan dari usia dan tingkat kematangan yang relatif sama. Hubungan seperti itu, telah dipraktikkan sejak saat seseorang lahir melalui hubungan teman sebaya / orang yang melakukan berbagai hal yang menjadi keyakinan bersama.