Lihat ke Halaman Asli

MAULIDA AZIZAH

Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran

Sastra Digital Membumikan Sastra Industri Kreatif

Diperbarui: 26 Juni 2022   14:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sampai saat ini, teknologi terus berkembang pesat mengikuti perkembangan zaman. Hal ini ditandai dengan manusia yang memasuki gaya hidup yang tak lepas dari perangkat elektronik yang kian hari semakin canggih. Sejalan dengan arus perkembangan teknologi, dunia sastra turut berkembang. Perkembangan dunia sastra ini merupakan kabar yang cukup membahagiakan sebab hal ini membuktikan adanya semangat manusia dalam mengembangkan kesusastraan hingga saat ini.

Karya sastra adalah produk buatan manusia yang diciptakan berdasarkan gagasan dan pemikiran manusia yang berlandaskan pada kehidupan masyarakat. Karya sastra diproduksi dengan mengangkat isu-isu sosial dan budaya dalam tatanan masyarakat, tak ayal, karya sastra banyak dikenal sebagai cerminan peradaban manusia. Dewasa ini, banyak manusia yang memanfaatkan teknologi digital untuk mengembangkan kesusastraan, hal ini dibuktikan hadirnya sastra digital yang mewadahi kreativitas penulis di era Industri Kreatif. Dengan demikian, benarkah sastra digital dapat membumikan sastra industri kreatif? Jika iya, apa yang membuat sastra digital memiliki potensi untuk membumikan sastra industri kreatif.

Pada dasarnya, untuk membumikan sastra di kehidupan sosial masyarakat dalam industri kreatif dibutuhkan wadah yang dapat menampung keterampilan sastra secara konkret. Secara tidak sadar, media digital yang kita kenal sebagai media informasi dapat kita manfaatkan untuk mewadahi keterampilan sastra. Media digital dipercaya dapat memudahkan dalam membangun keterampilan sastra sebab hanya dibutuhkan teknologi dan tekad menulis maka berbagai gagasan dan pemikiran penulis karya sastra dapat tertampung dengan baik. Dengan demikian, media digital memiliki potensi untuk membumikan sastra di kehidupan sosial masyarakat dalam industri kreatif melalui sastra digital.

Sastra digital atau dikenal juga dengan sebutan sastra siber adalah sastra baik imajinatif maupun non imajinatif yang didistribusikan dengan memanfaatkan teknologi digital. Sastra digital dipercaya dapat menjadi senyawa baru dalam perkembangan kesusastraan. Dengan memanfaatkan teknologi komunikasi dan internet, maka para penulis dan sastrawan dapat menghasilkan karya sastra dengan berbagai genre. Dapat dikatakan bahwa sastra digital hadir sebagai langkah alternatif yang dapat dipilih penulis dan sastrawan untuk mengekspresikan gagasan dan pemikiran melalui karya sastra yang diciptakan.

Secara garis besar, sastra digital adalah sastra yang didistribusikan dan dinikmati secara digital. Dengan demikian, sastra digital memberi kemudahan bagi para pencipta karya sastra maupun penikmat karya sastra. Dari sisi pencipta karya, sastra digital dapat mewadahi kreativitas dan inspirasi penulis tanpa perlu memikirkan biaya produksi atau biaya cetak karya sebab melalui media digital sastra dapat dipublikasikan secara 'bebas'. Dari sisi penikmat karya, sastra digital dapat dijadikan alternatif bacaan yang memberi kemudahan dalam mengakses karya sastra yang diminati hanya dengan menggunakan internet tanpa harus keluar rumah dan diakses secara 'gratis'.

Apabila membicarakan tentang sastra digital, tentu kita harus membahas mengenai istilah lain dalam sastra yang berkaitan dengan sastra digital yaitu sastra populer. Sastra digital dan sastra populer merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sastra populer adalah sastra yang populer dan terkenal pada masanya yang banyak diterima dan disukai oleh masyarakat. Suatu karya dikatakan populer atau terkenal ditentukan oleh banyak atau tidaknya pembaca sehingga minat masyarakat menjadi kunci utama suatu karya dikatakan populer. Ciri-ciri umum yang melekat pada sastra populer yaitu lebih komersial sebab mementingkan daya jual, menuruti minat pasar, memiliki alur yang sederhana, mencerminkan budaya pada masanya, memakai bahasa sehari-hari, dan cenderung memiliki akhir cerita yang bersifat happy ending.

Sastra digital dikatakan bertalian dengan sastra populer sebab sastra yang dipublikasikan melalui media digital banyak melahirkan sastra populer. Media digital atau siber sering digunakan penulis dalam mempublikasikan karya sastra yang diciptakan. Banyak aplikasi kepenulisan berbasis digital yang digunakan penulis untuk mempublikasikan karya sastra dan digunakan penikmat karya sebagai alternatif bacaan yang dapat diakses menggunakan internet secara gratis. Berangkat dari tulisan dalam aplikasi menulis berbasis digital, banyak sekali karya-karya sastra populer yang lahir sebab aplikasi tersebut marak digunakan oleh generasi saat ini sebagai media bacaan yang menghibur untuk mengisi waktu luang sehingga dapat dijadikan peluang untuk menarik minat pembaca.

Sastra digital dan sastra populer memiliki keterkaitan dengan industri kreatif. Industri kreatif adalah Industri yang mengangkat kebudayaan dan memanfaatkan keterampilan, kreativitas, serta bakat yang dimiliki individu dalam membangun kesejahteraan. Titik temu diantara ketiganya yaitu terletak pada kesamaan mengangkat budaya dan menekankan keterampilan dan kreativitas. Dengan demikian, sastra industri kreatif menekankan kepentingan kesastraan dan juga kepentingan pasar sebab bersifat industri.

Sejalan dengan pertumbuhan industri kreatif, industri sastra juga ikut berkembang. Karena karya sastra adalah produk budaya menyebabkan karya sastra bersifat komersial sehingga dinilai menjadi sub-sektor dari industri budaya. Dan, karena bagian dari industri budaya yang membutuhkan kreativitas dalam penciptaannya, maka karya sastra dapat dianggap sebagai sub-sektor industri kreatif. Industri sastra memiliki kedudukan yang sama dengan industri film, sebab menampilkan nilai budaya dan nilai jual yang bersifat profitable (komersial).

Jika memposisikan sastra dalam perspektif industri, maka sesungguhnya sastra mengalami pergeseran kepentingan, tak hanya menekankan kepentingan literer tapi juga menekankan kepentingan pasar. Oleh sebab itu, karya sastra dianggap sebagai komoditas yang harus menekankan kepentingan pasar. Hal ini menyebabkan proses penciptaan karya sastra berfokus pada selera pasar atau minat pembaca. Dengan demikian, karya sastra yang mengalami proses industrialisasi sepenuhnya bergerak sesuai kepentingan pasar.

Era revolusi Industri membuka cakrawala kita dengan hadirnya transformasi dari media konvensional menjadi digital. Perubahan ini tak terbantahkan, sebab apabila kita tidak berusaha mengikuti perubahan yang ada maka kita akan tergerus oleh perubahan tersebut. Dengan demikian, para pelaku industri kreatif, berbondong-bondong mencoba melahirkan inovasi baru guna membangun berbagai aspek kehidupan. Salah satunya yaitu dunia sastra ikut dikembangkan dan dibangun dengan tujuan ke arah yang lebih baik lagi melalui sastra digital.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline