Lihat ke Halaman Asli

Maulida Dini

Mahasiswi

Coretan Harapan: Menyembuhkan Luka Melalui Seni di Panti Sosial Bina Remaja Samarinda

Diperbarui: 6 November 2024   18:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kegiatan ABH (Anak Berhadapan dengan Hukum) yang sedang melakukan kegiatan menggambar/Dokpri

Dalam hiruk-pikuk kehidupan kota Samarinda, tersembunyi sebuah ruang sederhana di Panti Sosial Bina Remaja yang menjadi saksi bisu perjalanan perubahan anak muda. Tangan-tangan kecil yang pernah tersandung hukum sibuk melukis dunia baru dengan krayon. Ini adalah sebuah revolusi seni yang terjadi di Kota Samarinda terhadap anak-anak yang sedang berhadapan hukum.

Menurut data Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2021-2024 terdapat persentase yang cukup besar pada anak terlantar yang sedang berhadapan dengan hukum, dengan persentase sekitar 80-100% anak dari jumlah sampel data anak-anak yang berhadapan dengan hukum di Kota Samarinda. Angka persentase ini mungkin hanya statistik, namun di balik itu ada 100 cerita, 100 masa depan yang terancam dan 100 peluang untuk perubahan. Hukum bukanlah satu-satunya tantangan dalam merehabilitasi anak-anak ini, kita juga perlu andil dalam membantu mereka membangun kembali kepercayaan diri dan menemukan kembali tempat mereka di masyarakat.

Data Indikator RPJMD Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2021-2024

Program menggambar dan mewarnai bukan hanya sekedar hiburan bagi mereka,  anak-anak belajar untuk mengkomunikasikan perasaan yang sulit mereka ungkapkan dengan kata-kata. Selain itu, program ini merupakan salah satu upaya untuk membantu anak-anak yang berhadapan hukum untuk membangun keterampilan sosial. Namun, program ini bukan tanpa tantangan. Para instruktur harus berjuang melawan stigma dan trauma yang ada dalam diri anak-anak. Butuh kesabaran dan pendekatan khusus untuk membimbing mereka menemukan kembali kepercayaan diri dan potensi kreatif dalam diri mereka.

Syafara Nur Jibril, instruktur menggambar yang terlibat dalam program ini, menjelaskan, "Seni, khususnya menggambar dan mewarnai, memberi anak-anak cara baru untuk mengekspresikan diri mereka. Penting bagi mereka yang kesulitan untuk mengomunikasikan perasaan mereka secara verbal." Anak-anak ini menemukan kembali dunia mereka dengan coretan dan warna.

Panti Sosial Bina Remaja Samarinda telah menunjukkan bahwa rehabilitasi bukan sekadar tentang hukuman, melainkan tentang pemulihan dan pemberdayaan. Melalui kegiatan menggambar dan mewarnai, mereka telah menciptakan ruang aman bagi anak-anak untuk menyembuhkan luka batin dan membangun kembali kepercayaan diri. Melalui seni, anak-anak belajar bahwa mereka memiliki pilihan hidup, bahwa mereka mampu menciptakan keindahan meski pernah melakukan kesalahan.

NB, salah satu peserta dari program menggambar dan mewarnai ini menjadi bukti nyata bahwa program ini berjalan dengan baik. "Dulu saya pikir tidak ada lagi harapan untuk saya, sekarang saya bisa menciptakan sesuatu yang indah. Mungkin suatu hari nanti saya bisa menjadi seniman yang terkenal seperti kakak Citra Sasmita".

Setiap coretan yang mereka gambarkan di Panti Sosial Bina Remaja Samarinda adalah satu langkah kecil menuju masa depan yang lebih baik. Ini adalah investasi untuk generasi yang akan datang yang hidup dalam lingkungan yang lebih aman dan saling memahami. Sebagai masyarakat Kota Samarinda, kita harus mendukung upaya seperti ini. Mari kita beri setiap anak kesempatan untuk menyusun ulang masa depan mereka sendiri, satu coretan harapan pada satu waktu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline