Lihat ke Halaman Asli

Menulislah dengan Pikiran Sendiri

Diperbarui: 12 Agustus 2015   05:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya tidak ada tulisan yang murni hasil kreasi pikiran kita sendiri. Yang terjadi adalah, ia hasil kolaborasi dari banyak sumber, semisal dari membaca buku, koran yang kita lahap sehari-hari, berita yang kita tonton ataupun kita dengar dari radio, maupun pikiran yang tiba-tiba muncul saat sedang  berdiskusi  dengan teman atau orang lain. Sehingga bisa dikatakan tidak ada yang murni 100% berasal dari kepala kita sendiri.

            Lalu dari sana, lahirlah ide-ide hasil dari olahan pikiran itu. Saya yakin proses ini jamak terjadi pada penulis-penulis atau pembicara di mana saja. Dan sejauh ini tidak menimbulkan masalah. Yang jadi masalah jika ternyata apa yang kita tuliskan tersebut adalah hasil olah pikir orang lain yang serta-merta kita catut dan akui sebagai karya orisinil kita. Diam-diam saya banyak mengamati kecenderungan beberapa orang yang tidak mau pusing atau repot-repot untuk berpikir menggunakan nalarnya sendiri. Dan ini bukan hanya terjadi pada jenis tulisan artikel, namun juga banyak dilakukan oleh orang-orang di dunia media sosial. Seperti menulis status yang panjang-panjang, ehhh.....ternyata itu hasil copas dari grup lain. Sayangnya ia tidak menyertakan sumbernya. Kita sebagai temannya yang baca biasanya punya insting atau kemampuan mengenali kalau orang ini aslinya tidak biasa nulis hal-hal seperti ini.

            Dalam menulis opini saya selalu lebih senang untuk mengeluarkan hasil pikiran sendiri yang biasanya berasal dari pengamatan hidup sehari-hari. Terutama masalah perkembangan anak. Jadi hasil baca buku yang masih berupa teori akan saya coba praktekkan langsung dalam menangani perilaku mereka. Mungkin hal ini disebabkan karena dulu sekali,  sebelum berkeluarga saya sudah  mempersiapkan diri dengan membaca buku-buku yang berhubungan dengan psikologi dan perkembangan anak, tentang keluarga, komunikasi dengan orang lain, dll. Saat itu kegiatan menulis belumlah seintens sekarang. Paling banter hanya coret-coret di buku harian.

            Manfaatnya kemudian dari hasil baca buku-buku yang banyak tersebut, saya bisa dengan cepat menangani perilaku anak-anak di rumah tanpa perlu mengalami kebingungan dalam waktu lama. Karena ilmunya sudah terekam dalam pikiran bawah sadar. Kecuali untuk perilaku tertentu yang masih sangat baru, yang belum pernah saya temukan dalam referensi-referensi sebelumnya, saya akan berikan waktu dan perhatian khusus untuk mencarinya dalam buku atau dari sumber lain. Alhasil dalam waktu cepat biasanya sudah akan terjawab.

            Nah, dari kegiatan membaca, hadiri seminar, diskusi, sedikit demi sedikit ternyata berhasil tersimpan dengan baik dalam memori jangka panjang. Ditambah lagi dengan eksperimen-eksperimen sehari-hari di rumah, sekolah, dan lingkungan sekitar sehingga akhirnya semakin berkembanglah pengetahuan-pengetahuan tersebut. Bahkan tak jarang dari siklus tersebut, bisa melahirkan penemuan-penemuan baru dalam menangani permasalah dengan anak.

            Kira-kira seperti inilah pola yang sampai sekarang rutin saya lakukan, sehingga saya tidak pernah khawatir kekurangan bahan dalam mencari referensi. Karena ia sudah lahir dalam tindakan dan eksperimen-eksperimen sehari-hari. Kecuali untuk beberapa buku psikologi, terapi penyembuhan, fatwa-fatwa agama, dan yang berhubungan dengan teori-teori tertentu saya akan mengutip persis dari penulis buku tersebut dengan tak lupa menyebutkan sumbernya.

            Jadi tak perlu khawatir dengan pikiran kita sendiri. Ia adalah bank ingatan dan pengamat yang cermat, yang setiap detik merekam semua pengalaman, tindakan, ataupun aktivitas-aktivitas yang terjadi sehari-hari. Dan tetaplah percaya diri dengan apa yang menjadi ciri khas kita, gagasan-gagasan kita, atau apa pun yang berasal dari dalam diri kita.

            Sekian......

*Postingan terakhir menjelang detik-detik quota internet akan berakhir.

           

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline