Lihat ke Halaman Asli

Menabung Tulisan di Kompasiana

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Awalnya saya hanya mendaftarkan email saja dan beberapa data pelengkap lainnya untuk membuat akun di Kompasiana. Pertengahan tahun 2013 kalau tidak salah ingat. Setelah itu saya tinggal dan tidak pernah mengutak-atiknya, bahkan saya sempat lupa kalau sudah pernah membuat akun di sini. Awal ketertarikan saya saat itu untuk membuat akun, karena cerita seorang teman Kompasianer yang mengetahui saya suka menulis. Ia pun mulai mempromosikan Kompasiana dan tentang dirinya yang pernah diundang oleh Kompasiana untuk membacakan puisi-puisinya di Bandung.

Hingga beberapa bulan kemudian, ada lagi teman yang bercerita tentang Kompasiana, bahwa seseorang bisa menuangkan ide-idenya di sana baik berupa puisi, cerpen, opini, atau apa saja. Nah, orang ke dua ini yang menggerakkan hatiku untuk mulai serius mengirim tulisan di sini. Maka mulailah saya mendaftar lagi di sini, tapi karena sebelumnya sudah pernah buat akun, maka kolom pilihan yang tersisa adalah kolom masuk. Setelah akun terbuka, saya lalu belajar memasang foto, melengkapi data untuk verifikasi, tapi tidak pernah mengirim scan KTP. Saya pikir itu bisa dilakukan nanti saja. Pada tanggal 27 April 2014, meluncurlah tulisan pertamaku. “Matabaca semakin membuka mata”.

Sampai kemudian, 3 bulan berlalu saya membaca artikel dari mbak Meyke Reyssant soal verifikasi yang berjudul Mengikuti Usaha Terakhir Prabowo. Membaca artikel tersebut, saya baru tahu perbedaan akun yang “terverifikasi” dengan akun yang belum terverifikasi. (Makasih ya mbak Mike....) Maka saya kembali memperhatikan ulang tulisan tersebut, adakah di pojok kanan atas profil saya? Oalah ternyata belum. Saya kembali mendaftarkan ulang data-data yang diperlukan untuk verifikasi. Setelah mengirim scan KTP dengan mengalami beberapa kali kesalahan, saya akhirnya lega, karena muncullah tulisan “data telah terupdate”, berarti tinggal menunggu berita baik dari admin.

Seiring tulisan pertama, kedua, ketiga dan seterusnya yang berjarak hitungan minggu, (bahkan bulan Juni lalu saya tidak menulis sama sekali) mulai terpampang,  saya juga mulai membaca beberapa tulisan yang menarik. Jika penulisnya cocok, saya akan kirim permintaan pertemanan. Tentunya setelah berkunjung terlebih dahulu ke rumah (profil)nya. Misalnya saya suka caranya menulis, jenis/tema tulisannya, dan foto aslinya. Jika tidak, saya akan lewatkan begitu saja. Hanya sebatas membaca tulisan tersebut.  Kecuali untuk permintaan pertemanan jarang yang saya tolak. Karena bagi saya teman dalam list itu adalah spesial. Saya akan menghargai dan merawat pertemanan tersebut. Bukan jumlahnya yang penting, tapi kualitas pertemanannya yang saling menghargai dan  menyemangati satu sama lain.

Saat itu yang saya tahu, saya hanya perlu menulis di Kompasiana. Belum ngerti jenis-jenis kategori/istilah: Headline Articles, Trending Articles, Highlights, dsbnya. Bahkan ada yang membaca tulisan saya saja rasanya sudah sangat senang. Meski kemudian saya tahu, bahwa tulisan lain yang kategori HA (Headline Articles) atau TA (Trending Articles)  ternyata memiliki pembaca sampai ribuan.

Mengejar Target

Beberapa tulisan awal saya semua ‘digerakkan’ oleh si “moody”. Artinya ada mood ada tulisan. Sejak saya aktif membaca banyak artikel teman-teman Kompasianer, saya menemukan banyak inspirasi dari tulisan-tulisan mereka. Termasuk ketika saya mengomentari tulisan seorang teman (sudah senior), tiba-tiba terbersit keinginan kuat untuk bisa menulis artikel 1 setiap hari secara kontinu. Akhirnya keinginan tersebut saya tuangkan dalam bentuk tulisan yang berjudul One Day One Article.

Yang membaca dan merasa terinspirasi dengan artikel tersebut lumayan banyak, namun yang benar-benar paling terinspirasi  adalah saya sendiri. Why not? Selama ini saya kadang malas menulis, beberapa hari bahkan berminggu-minggu baru lahir 1 tulisan. Itu pun kalau ada moment hari-hari penting nasional, karena tulisan tersebut akan saya kirim ke media lokal yang biasa menerbitkan artikel saya. Nah, sejak mulai mencanangkan slogan ODOA ini, saya jadi rajin, dan terpaksa harus menulis. Malu dengam artikel sendiri.

Ternya ide itu sangat banyak. Ia hanya menunggu dan antri untuk dimuntahkan keluar. Dan saya termasuk jenis yang mesti “dipaksa” untuk disiplin menulis.

Kompasiana bagi saya saat ini adalah wadah atau tempat menabung dan menitipkan tulisan. Terlepas ia dibaca banyak orang atau tidak. Suatu waktu nanti semua tulisan tersebut akan saya pilih untuk dijadikan buku.

14086933721667919538

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline