Lihat ke Halaman Asli

Anak dan Tontonan Nyata Anarkisme

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14160553281466920210

[caption id="attachment_375679" align="aligncenter" width="300" caption="http://aksiguru.org/wp-content/uploads/2012/05/r1-300x227.jpg"][/caption]

Beberapa hari ini Makassar bergolak. Demonstrasi menentang kenaikan BBM terjadi di beberapa kampus perguruan tinggi. Termasuk kampus UNM Makassar. Bahkan berita terakhir yang kami dengar, terjadi bentrok antara polisi dan mahasiswa yang semakin diperparah setelah Wakapolrestabes Makassar dilarikan ke rumah sakit akibat terkena anak panah.

Aksi ini sebenarnya telah dimulai seminggu yang lalu, namun baru terasa dampaknya setelah kejadian tanggal 13 Nopember yang lalu. Dan selama 2 hari itu pula anak-anak SD yang berada di lokasi yang berdekatan dengan kampus tersebut terpaksa harus dipulangkan lebih awal dari biasanya. Termasuk anak saya yang masih duduk di kelas 3. Hari itu, Kamis 13 Nopember, dengan meminjam handphone milik temannya ia menelfon minta segera dijemput, padahal jam pulang masih kurang 2,5 jam lagi.

Keesokan harinya, meski dengan perasaan yang agak was-was, kami tetap memberangkatkannya ke sekolah sebagaimana biasa. Baru kurang lebih 2 jam ia berada di sekolah (masuk siang jam 1), ia menelfon untuk dijemput secepatnya karena demonstrasi mahasiswa dimulai lagi. Para orangtua mulai panik mengkhawatirkan keselamatan anak-anak mereka. Ada yang bisa segera menjemput anak-anaknya, ada juga yang masih perlu waktu beberapa jam untuk bisa segera tiba di lokasi sekolah. Karena beberapa ruas jalan pun sudah ditutup saat demo berlangsung.

2 hari melihat kejadian yang sama, si anak pun pulang membawa cerita. Tentang gas air mata, busur, dan aksi kejar-kejaran mahasiswa dengan polisi. Kami mendengarnya dengan pikiran yang menerawang. Sekecil ini anak-anak sudah harus melihat aksi-aksi anarkis yang terjadi langsung di depan matanya. Bukan lagi lewat layar kaca, atau mendengar cerita dari orang lain.

Hari ini kami memutuskan untuk tidak mengijinkannya ke sekolah, dengan pertimbangan kekhawatiran insiden 2 hari yang lalu masih akan berlanjut. Khawatir kejadian yang sama akan terjadi juga di sekolahnya, di mana para pengunjuk rasa lari masuk ke dalam kampus yang mengakibatkan polisi pun ikut mengejar hingga ke dalam ruang-ruang perkuliahan. Siapa yang bisa menjamin keamanan anak-anak ini di saat salah satu pelaku (mungkin saja preman) berlari masuk ke area sekolah? Lalu terjadi saling kejar dan saling serang di antara mereka. Ngeri kami membayangkannya.

Secara resmi sekolah tidak mau meliburkan siswanya. Akan tetapi jika di antara siswa-siswa tersebut memilih untuk tidak masuk hari ini, maka berlaku ijin untuknya. Pihak sekolah dapat memaklumi kekhawatiran tersebut. Kami para orangtua menilai tindakan sekolah memulangkan siswa-siswanya lebih cepat dari biasanya adalah sebuah langkah yang tepat, meski tanpa pengumuman libur.

Menyaksikan kekerasan yang berlangsung di depan mata, sangat berdampak buruk buat perkembangan kalian. Sementara menemukan lingkungan yang sehat dan kondusif masih jauh dari jangkauan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline