Kuterbangkan belahan daun, Terguyur angin nan-anggun,
Sejenak adalah wujud hidup, Cepat atau lambat akan hanyut.
Hanyutan ini...
Hanyutan ini bukanlah kehilangan raga. Namun, impian-impian tak kunjung jelas.
Aku, sempat meyalahkan angin. Layaknya harta yang selalu melayang.
Hamparan-hamparan daun terbawa angin yang tak jelas tujuan. Seperti, harta-harta yang tak terarah pergi.
Setelahnya...
Setelahnya, Aku salahkan takdir. Takdir, tak bersua sesuatu hadir.
Sempat menuduh dan tuntut keadilan. Namun, ia juga ter-imbas.
Tak kutemukan jawaban, Tuduh-menuduh tak ter-elakkan.
Sekian lamanya...
Sekian lamanya berfikir kritis, jawaban tak kunjung hadir.
Tapi, ada bisikan hati yang menggetarkan jiwa. Ia punya jalur untuk dilewati.
Raga ini diarahkan hati menuju tempat ibadah. Setelah tiba, ketenangan ditemukan indah.
Aku curhat dengan Tuhanku. Namun, walaupun tak ada jawaban hati begitu bahagia.
Seolah-olah berbisik, tenang saja hambaku. Tuhanmu akan selalu menjagamu......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H