Malaikat tanpa sayap,
Engkau, telah pergi jauh meninggalkanku
kecilku selalu indah bila ditemaninya,
kasih sayang tiada batas.
Sayang sekali saat ini sebatang kara
sebenarnya alur ini bukan keinginan
namun, takdir tetaplah nyata
tertimbun hati dengan luka
membengkak kelopak mata hal biasa
hanya permasalahan akal yang mengkhayal,
luka, namun tak tampak.
Saat ini...
Aku berdiri,
membara diatas tanah yang basah,
kobaran api jiwa yang siap membakar habis tangis
kututup kepedihan dengan doa
hari hariku kukuatkan dengan senyuman.
Malaikatku..
Engkau memang tak bersayap
namun, sayap sayapmu lepas melindungiku dulu
hingga dewasa aku paham arti sayapmu
melindungi sesosok pemberian Tuhan.
Kata kata tak sebanding balasan sayapmu yang telah hilang,
akan Kubalas dengan impian terwujud,
membalaskan pengorbanan yang telah berlalu.
Kini, detik ini, hingga seterusnya,
Aku siap tegak menerjang maju
apapun itu, apapun itu...
Bahkan, sekeras batu dihadapan tetap kulalui
tak ada kata mundur
pengorbananmu tidaklah sia sia,
sebab, sang buah hati telah berpondasi baja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H